Wayan Koster (kanan) dan I Nyoman Giri Prasta berfoto bersama dalam suatu kesempatan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Dua nama kader PDIP Provinsi Bali, yaitu Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta kini semakin hangat diperbincangkan oleh masyarakat Bali. Kedua tokoh ini dinilai sebagai kandidat kuat maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Bali pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak, 27 November 2024. Jika keduanya disatukan, peluang kemenangan PDIP di Pilgub Bali semakin besar.

Wayan Koster yang merupakan incumbent telah mendapat sejumlah rekomendasi dukungan dari DPC kabupaten di Bali untuk maju menjadi Gubernur Bali untuk periode kedua. Bahkan, DPC merekomendasikan agar Wayan Koster dan Giri Prasta bersatu sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur. Di samping juga opsi kedua, yaitu Wayan Koster berpasangan kembali dengan Cok Ace.

Pengamat Politik FISIP Universitas Warmadewa (Unwar), Hadi Pradnyana, SIP., M.Si., menilai munculnya dua nama, Koster dan Giri mempersempit kesempatan tokoh lain di gelanggang pertarungan Pilgub Bali. Ini merupakan hal positif yang akan menguntungkan PDI Perjuangan. Karena saat ini masyarakat Bali terbelah antara 2 pilihan saja, yaitu antara Wayan Koster dan Giri Prasta. Sehingga, kandidat calon lainnya tenggelam oleh kedua tokoh ini.

Baca juga:  Pemberian PHR Badung Dituding Recoki APBD Bangli

Bahkan, melihat kedua kader ini memiliki daya tawar yang kuat, sangat besar peluang mereka untuk disatukan menjadi kekuatan besar untuk Pilgub dan Wakil Gubernur Bali. Sehingga, akan sangat sulit untuk dilawan oleh calon lainnya.

Di sisi lain, menurut Hady, munculnya nama Koster dan Giri bisa dimaknakan adanya perseteruan antara keduanya yang hangat di tengah masyarakat. Hal ini dinilai akan berdampak bagi internal PDI Perjuangan. Bahkan, masyarakat Bali yang loyalis terhadap PDIP terbelah menjadi dua. Satu kubu ke Wayan Koster dan kubu lainnya ke Giri Prasta. Apalagi, kedua kader PDIP ini memiliki bargaining power masing-masing di tengah masyarakat Bali.

Dimana, Wayan Koster yang merupakan incumbent sekaligus sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali memiliki kekuatan yang masih menjalin simpul massa yang kuat di level gress road. Sedangkan, Giri Prasta memiliki kekuatan sebagai wajah baru yang ditampilkan PDI Perjuangan untuk maju sebagai Gubernur Bali. Apalagi, beberapa tahun belakangan ini publik agak sedikit sentimen negatif dengan Wayan Koster. Terlebih, dengan program “Angelus Bhuana” Giri Prasta semakin mendapatkan hati di tengah krama adat di Bali.

Baca juga:  Pengerupukan, Desa Padang Bulia Gelar Tradisi Meamuk-amukan

Apabila persaingan antara Wayan Koster dan Nyoman Giri Prasta yang merupakan kader PDIP ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan PDIP akan mengambil jalan tengah. Keduanya tidak diambil sebagai calon gubernur Bali, namun memberikan rekomendasi kepada kader PDIP lainnya yang dianggap bisa meredam dan menyatukan kedua massa ini. Apalagi, PDIP Bali masih memiliki nama-nama kader yang memiliki daya tawar yang kuat. Salah satunya, Bintang Puspayoga yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

Hady menilai, meskipun PDIP kalah pada Pilpres kemarin, namun masih mempunyai kekuatan dan mendominasi. Sebab, situasi Pilpres dengan Pilkada berbeda. Terlebih, di sejumlah daerah di Bali didominasi oleh calon incumbent dari PDIP yang mempunyai bargaining yang kuat. Sebab, dukungan dari kabupaten/kota juga sangat berpengaruh untuk kemenangan Pilgub Bali.

Baca juga:  Meski Penanganan Menunjukkan Arah Penurunan, PPKM Tetap Diperpanjang

Meskipun demikian, berkoalisi dengan partai politik lainnya juga sangat penting dilakukan oleh PDIP. Apalagi, kemenangan partai Koalisi Indonesia Maju pada Pilpres yang mengusung Prabowo – Gibran sangat berpengaruh pada Pilkada Serentak di Bali.

Apabila partai ini tidak berkoalisi dengan salah satu partai Koalisi Indonesia Maju, seperti Partai Golkar, Partai Gerindra, dan Partai Demokrat, maka akan berbahaya. Sebab, partai Koalisi Indonesia Maju akan bersatu untuk mengusung calonnya melawan calon dari kubu PDIP. Apalagi, beberapa daerah seperti di Kabupaten Buleleng, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Klungkung tidak memiliki calon incumbent. Ditambah Kabupaten Jembrana yang kepala daerahnya berasal dari partai lain.

“Apapun yang terjadi nanti saya rasa suasananya akan sangat cair sekali, saya rasa para petinggi dan juga penasihat-penasihat Parpol-Parpol di Bali masih saling berinteraksi bagaimana strategi yang paling tepat ke depannya,” tandas Hady, Kamis (25/4). (Ketut Winata/balipost)

 

BAGIKAN