Presiden RI Joko Widodo membuka Sidang Kabinet Paripurna Persiapan Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H, Rencana Kerja Pemerintah, Kerangka Ekonomi Makro (KEM), dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2025 di Istana Negara Jakarta, Senin (26/2/2024). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian/lembaga diminta untuk menyusun target pertumbuhan ekonomi yang mencerminkan kehati-hatian terhadap risiko ekonomi global, seperti resesi.

“Antisipasi dalam menyusun target pertumbuhan juga harus mencerminkan kehati-hatian tapi optimisme dan kredibilitas agar tetap harus kita jaga,” kata Presiden Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna Persiapan Ramadhan dan Idul Fitri 1445 H, Rencana Kerja Pemerintah, Kerangka Ekonomi Makro (KEM), dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) Tahun 2025 di Istana Negara Jakarta, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (26/2).

Dalam sambutannya di awal sidang paripurna, Presiden Jokowi menyoroti tentang situasi dan risiko ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada kerangka ekonomi makro tahun 2025.

Baca juga:  Dikoreksi, Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Indonesia Lebih Rendah

Kepala Negara mengatakan bahwa perekonomian beberapa negara seperti Inggris dan Jepang sudah masuk ke dalam resesi. “Kita tahu semuanya beberapa negara sudah masuk ke resesi seperti Jepang, Inggris yang baru saja masuk proses resesi itu,” kata Presiden Jokowi.

Oleh karenanya, Presiden meminta agar para jajaran dapat mengantisipasi dengan menyusun target pertumbuhan ekonomi secara hati-hati, namun tetap optimis dan kredibel.

Selain itu, Presiden juga meminta agar pemerintah pusat dan daerah melakukan penajaman anggaran dan menyiapkan rencana alternatif (contingency plan) jika terjadi gejolak maupun krisis ekonomi. “Lakukan penajaman fokus pemerintah pusat dan daerah dengan menyiapkan rencana alternatif jika ada gejolak dan krisis,” kata Jokowi.

Baca juga:  Masih Primadona, Harga Sapi Bali Meroket Jelang Idul Adha

Sebagai perbandingan, ekonomi Jepang dilaporkan tergelincir ke dalam resesi setelah dua kuartal mengalami kontraksi pada kuartal ketiga dan keempat tahun lalu.

Menurut data pemerintah Jepang pada Kamis (15/2), ekonomi negara itu menyusut pada tingkat tahunan sebesar 0,4 persen pada periode Oktober-Desember karena daya belanja yang lemah.

Produk domestik bruto (PDB) riil, nilai total barang dan jasa yang diproduksi di Jepang, menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya, menurut angka awal pemerintah. Menurut Kantor Kabinet Jepang, hal ini menandai kontraksi untuk kuartal kedua setelah penurunan 0,8 persen yang tercatat pada kuartal ketiga 2023.

Baca juga:  Hanya 5 Persen Warga Dukung Gagasan Presiden 3 Periode

Sementara itu, menurut data dari Office for National Statistics, perekonomian Inggris dilaporkan terkontraksi sebesar 0,1 persen pada kuartal III 2023. Kinerja perekonomian yang negatif itu berlanjut pada kuartal IV 2023 dengan penurunan sebesar 0,3 persen. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *