Ilustrasi citra satelit cuaca di Indonesia. (BP/Dokumen BMKG)

DENPASAR, BALIPOST.com – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar menetapkan status siaga curah hujan tinggi di Kecamatan Rendang, Karangasem. Diperkirakan curah hujan sekitar 200-300 milimeter per 10 hari.

“Kami mengeluarkan peringatan dini hingga 29 Februari 2024,” kata Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Jumat (23/2) dikutip dari Kantor Berita Antara.

Pihaknya juga menetapkan status waspada dengan kisaran curah hujan sekitar 150-200 milimeter per 10 hari di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Baca juga:  Nasional Alami Lonjakan Kasus COVID-19, Korban Jiwa Tambah Ratusan

Selain itu, di Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, dan Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.

Ia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai peringatan dini curah hujan tinggi itu selama periode hingga 29 Februari dan diperbarui setiap 10 hari atau dasarian.

Meski demikian, BBMKG Denpasar memperkirakan peluang hujan di wilayah pesisir di Bali sudah mulai menurun selama periode pengamatan 21 Februari hingga 10 Maret 2024.

Baca juga:  Tak Hanya di Gianyar, Kluster COVID-19 Ini Juga Muncul di Denpasar

Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi panas dan gerah di wilayah dengan peluang hujan rendah.

Ia mengimbau masyarakat untuk mengurangi berada di bawah paparan sinar matahari langsung pada siang hari

BBMKG Denpasar menjelaskan seluruh zona musim di Bali sudah memasuki musim hujan dan yang terakhir memasuki musim hujan adalah Kecamatan Buleleng dan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

BBMKG Denpasar memperkirakan saat ini kondisi El Nino masih aktif dengan intensitas moderat yang diprediksi bertahan dan secara gradual akan beralih menjadi netral pada April-Juni 2024.

Baca juga:  Presiden Jokowi Mesti Beri Bali Otoritas Khusus

El Nino menunjukkan kondisi anomali suhu permukaan laut di Samudera Pasifik ekuator bagian timur dan tengah yang lebih panas dari normalnya.

Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia yang menyebabkan Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan. (kmb/balipost)bbm

BAGIKAN