Garam- Para petani garam rakyat yang ada di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem saat ini telah telah menghentikan proses pembuatan garam tradisonal karena susah memasuki musim penghujan. (BP/Nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Para petani garam rakyat yang ada di Desa Baturinggit, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem saat ini telah telah menghentikan proses pembuatan garam tradisIonal. Penghentian sementara pembuatan garam tersebut karena telah memasuki musim penghujan.

Perbekel Baturinggit, I Gede Putu Telantik, Jumat (2/2) kemarin mengungkapkan, kalau untuk saat ini para petani garam tradisional di wilayah Baturinggit sudah tidak lagi memproduksi garam. Penghentian produksi telah dilakukan sejak musim penghujan mulai turun beberapa bulan terakhir. “Sekarang petani sudah tidak memproduksi garam. Mereka sudah tidak membuat garam sejak hujan mulai turun pada November 2023 lalu,” ucapnya.

Baca juga:  Peredaran Minyak Curah Marak, Warga Diminta Beralih ke Minyak Goreng Kemasan

Telantik mengatakan, kendati sesekali terjadi panas, akan tetapi produksi garam tetap saja tidak bisa dilakukan. Pasalnya, kalau tanah yang dipergunakan untuk membuat garam sudah terkena air hujan, maka sulit akan memproduksi garam. Karena, bila ingin memproduksi, maka tanah harus disiram kembali dengan air laut.

“Meski ada panas, tapi petani tetap tak buat garam. Karena kalau memproduksi garam petani harus menaikkan air, kemudian menyiram tanah, maka petani akan lelah. Disamping itu juga, biaya yang dikeluarkan juga bertambah karena hasil yang didapat tak sebanding dengan hasil yang diperoleh,” katanya.

Baca juga:  Lokasi Potensi Tsunami, Sebanyak 12 Unit Buoy akan Dipasang 

Menurut Telantik, karena para petani garam sementara waktu tidak memproduksi garam, maka saat ini mereka kembali mengolah lahannya untuk bercocok tanam, yakni mulai dari menanam kacang, jagung, dan juga menanam tanaman yang lainnya. “Petani kembali memproduksi garam ketika sudah memasuki musim panas, sekitar April atau Mei. Sebab, waktu produktif untuk kembali memproduksi garam, yakni 6-7 bulan,” jelasnya.

Disinggung apakah saat ini masih ada stok garam hasil produksi yang dilakukan petani sebelumnya, Telantik menegaskan, kalau untuk stok garam masih ada. Stok garam itu dilakukan oleh masing-masing para petani. “Jadi, kalau ada yang membalikkan garam, stok itu yang dijual kepada pembeli,” imbuh Telantik. (Eka Parananda/Balipost).

Baca juga:  Akhirnya, KM Odyssey Ditemukan
BAGIKAN