Marjono. (BP/Istimewa)

Oleh  Marjono

Tahun 2024 menjadi tahun politik dengan gelaran pesta demokrasi di negeri ini.  Kita tatap tahun 2024 sebagai tahun penuh harapan, dalam kebersamaan untuk Indonesia makin demokratis, sejahtera dan berdikari. Komitmen dan tekad kita adalah terus gotong royong, keroyokan untuk membangun bangsa ini. Selalu kita kuatkan kesegkuyungan untuk negara yang adem, ayem tentrem kerto raharjo.

Maka kemudian, stressing atas kewaspadaan harus terus kita tingkatkan karena potensi atas gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat itu selalu ada, khususnya dari gangguan radikalisme, intoleransi dan terorisme. Tahun 2023-2024 eskalasi politik nasional bertambah tinggi, tapi kemudian tidak boleh berimbas pada kondusifitas daerah. Bersama, kita akan selalu bergerak untuk menjaga kerukunan dan kedamaian di bumi pertiwi. Penulis berkeyakinan, dalam perbedaan kita, baik agama, suku, golongan maupun pilihan politik yang ada, selalu bisa terawat dengan baik. Secara umum penulis merasakan sudah ada kedewasaan masyarakat kita dalam menghadapi keberagaman yang ada.

Selanjutnya, menyangkut kebutuhan sembako, juga selalu mesti kita pastikan tersedia di pasar dengan harga yang terjangkau masyarakat. Tidak ada gejolak yang cukup berarti. Tanpa praktik penimbunan barang, apalagi panic buying. Begitupun kegiatan beribadah juga berjalan khusuk. Termasuk masyarakat yang berwisata terlihat merasakan kegembiraan luar biasa.

Karena sekarang dalam masa libur sekolah maupun kuliah, penting diwaspadai pula bagi pengelola dan pengunjung wisata alam, seperti wisata arung jeram, susur sungai, pantai, air terjun, diving, panjat tebing, jembatan kaca, paralayang, dan seterusnya mesti lebih berhati-hati dengan situasi iklim yang tak menentu. Kita ingin semua yang merayakan tahun baru hendaknya agar dapat dilaksanakan secara sederhana saja. Tidak perlu hura-hura, dan jangan sampai malah menimbulkan huru hara. Daripada buat pesta pora, lebih baik disalurkan untuk derma. Masih banyak saudara kita yang membutuhkan uluran bantuan.

Baca juga:  Anak, TV, dan Medsos

Kita pahami, di tahun politik, bencana dan inflasi, akan lebih arif kala kita melupakan party, bergeser koreksi diri dan mengasah potensi mencapai prestasi. Kita mesti punya sense of crisis saat masyarakat kita ada yang sedang berduka, terbelit kemurungan, sementara kita menghamburkan kebahagiaan di depan mata mereka.

Mari kita julurkan dan kembangkan solidaritas kemanusiaan tanpa batas. Kita bantu orang lain tanpa pernah memandang darimana mereka berasal, dari suku bangsa apa, warna kulit apa, atau golongan dan agamanya apa. Siapapun dan dimanapun mereka, ketika membutuhkan uluran tangan, maka kita yang hari ini memiliki limpahan rezeki maka wajib hukumnya memberikan iuran angan dan uluran tangan.

Tak boleh abai dan meremehkan, penting kita beroleh restu dan doa dari sesepuh pinisepuh, orangtua dan para guru sebagai suntikan psikologis selalu kita harapkan agar para pemimpin dan calon pemimpin kita semua senantiasa mampu amanah mengemban mandat rakyat. Kita tatap tahun 2024 dengan motivasi tinggi, dan sikap optimis untuk selalu berbuat terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Baca juga:  ”Lubdhaka” Musim Pemilu, Memburu Kekuasaan

Tak kurang baiknya pula, perlu kita terus menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Indonesia-an serta meneguhkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Momentum tahun baru, kita butuh effort untuk membranding diri, yaitu menjadi pribadi yang inklusif dengan segenap kelemahan dan kekurangan kita, kemudian secara sungguh-sungguh berjuang membalik diri dari kekelaman ke aras yang terang benderang, dari individual menuju gotong royong, dari pemakai ke pemberi solusi, dari pasif ke kreatif, dari trimo ing pandum ke inovatif, dan dari capaian yang minus berubah pada prestasi yang lebih baik berpredikat plus.

Transformasi nilai tahun baru sedikitnya mendongkrak kita mewakafkan diri untuk membandingkan atas dan ke diri kita sendiri, dulu saya seperti apa sekarang menjadi apa?, dulu saya bisa apa sekarang pada step apa? Kala jatuh pun kita belajar untuk bangun dan bangkit. Siapa diri kita? Kita akan menjadi apa yang kita pikirkan.

Bagi UMKM yang baru jadi start up, semoga menjadi sumber peraihan ekonomi baru yang permanen, bukan kesementaraan pendapatan. Pendeknya kita segera meralat diri. Misalnya, sebelumnya suka nyontek mulai tahun baru jadi giat belajar dan percaya diri, atau  jika nilai toefl, nilai akademiknya masih jeblok mesti bergeser naik kelas untuk beroleh nilai yang lebih baik lagi, sekurangnya tanpa raport merah.

Baca juga:  AP II Implementasikan Konsep Transformasi Digital Kelola Bandara

Praktik lainnya, yang masih senang jajan tidak bayar di kantin, mulai tahun baru juga tetap jujur dan bayar. Kala terlambat, lalai ataupun sengaja menunggak pajak, saatnya kita tertib dan sadar pajak. Khusus kalangan ASN mesti menjadi aktor dan teladan tak terlibat praktik korupsi, gratifikasi dan pungl. Ini semua bisa menjadi vaksin baru di tahun baru yang harus baper (bawa perubahan) produktif. Sesal selalu datang terlambat jangan sampai terjadi untuk masa mendatang.

Sudah saatnya kita buang jauh perilaku kontraproduktif, saur manuk rendahan, begitu pula dengan hoaks, tawuran dan narkoba, mulai sekarang kita tolak dan lawan. Atau lagi, ketika para perempuan dan anak mengalami kekerasan dan melihat praktik devian, maka kemudian perempuan juga anak punya hak lapor dan speak up. Setali tiga uang, pemerintah masih perlu kerja keras, bagaimana menaikkan angka IPM, IDI, harapan hidup, menekan korupsi, inflasi, stunting, kemiskinan dan sebagainya. Negara hadir bukan cuma angka tapi lebih pada kenyamanan dan pelayanan kepada masyarakat.

Penulis, Kepala UPPD/Samsat Kabupaten Tegal Jawa Tengah

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *