Palinggih Ratu Wayan atau Ratu Malen yang berada di areal Pura Luhur Pekiyisan, Beji Agung Sad Khayangan Jagat Bali Luhur Batukau. (BP/bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa Pakraman Babahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan rupanya memiliki beragam hal menarik yang belum banyak diketahui masyarakat luas. Salah satunya keberadaan sebuah palinggih yang banyak didatangi sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat saat hari-hari tertentu ‘tangkil’ memohon kebijaksanaan (kewibawaan). Palinggih tersebut yakni Palinggih Ratu Wayan  atau juga disebut Ratu Malen yang berada di areal Pura Luhur Pekiyisan, Beji Agung Sad Khayangan Jagat Bali Luhur Batukau.

Berada di bagian barat Pura Luhur Pekiyisan, dan di pinggir sungai Yeh Ho, palinggih Ratu Wayan (Ratu Malen) ini rupanya menyimpan cerita menarik. Salah satunya, kerap didatangi (tangkil) para pejabat bahkan tokoh masyarakat yang terjun di dunia politik. Tidak hanya berasal dari Tabanan, namun juga dari provinsi maupun mereka yang sudah menjabat di pemerintahan pusat.

Baca juga:  Cegah Penyebaran Covid-19, Taruna Poltrada Bali Diswab Saat Pelantikan

Hal inipun diakui oleh Kelian Adat Banjar Babahan, Nyoman Sarka Yasa, yang selalu dihubungi untuk menemani mereka (pejabat) yang hendak tangkil.

“Hari-hari tertentu banyak yang nangkil, kebanyakan mereka ini memohon untuk diberikan kebijaksanaan, kemungkinan agar aura yang mereka miliki ini mataksu,” terangnya.

Termasuk belakangan ini, dikatakannya juga sudah mulai banyak yang datang nangkil. Tidak hanya datang untuk menyucikan diri, namun juga memohon kebijaksanaan dan kemakmuran. Karena di kawasan Beji Agung atau di Pura Luhur Pekiyisan ini juga terdapat palinggih Sedahan atau Sri Sedana yang diyakini untuk memohon kemakmuran dan kesejahteraan.

Baca juga:  Desa Adat Kerobokan Satukan Yowana Melalui Lomba Penjor

Dan terkait dengan keberadaan Pura Luhur Pekiyisan, Beji Agung Sad Khayangan Jagat Bali Luhur Batukau, Bendesa Adat Babahan, Made Sukawana menjelaskan, Pura Kahyangan Jagad Bali ini merupakan salah satu tempat Ida Bhatara yang berstana di Pura Luhur Batukau melakukan ritual mapengening, selain juga di Pura Luhur Tanah Lot, Kediri, Tabanan.

Keberadaan Beji Agung ini dulunya hanyalah bebatuan, dengan medan yang cukup berat. Namun saat pamelastian jagad atas kehendak Ida Bhatara Batukau, seluruh rangkaian prosesi upacara baik itu pengiring tidak sampai menemukan kendala. Untuk menjaga ketaksuan Beji Agung (Beji Pingit) tempat Ida Bhatara Batukau mapengening, kini juga telah dibangun beji khusus untuk pamedek yang hendak nangkil ke Pura Pekiyisan.

Baca juga:  Membangun Bali Secara Holistik

Karena sebelum dibangunnya beji untuk pamedek ini, kerap kali mereka ke lokasi Beji Agung (Beji Pingit) yang tentunya harus menjadi tempat yang khusus disucikan.

“Dibangun untuk membedakan fungsi, karena dari sejarah yang ada, satu untuk pesucian Ida sesuhunan di Batukau, Sekarang dipisahkan dan disiapkan untuk pesucian pamedek atau panangkilan ke Pura Luhur Pekiyisan,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *