Salah satu petak sawah yang mengalami kekeringan. Pada masa kemarau ini terdapat potensi sawah kering seluas 775 hektar di Jembrana. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Lebih dari 500 hektar sawah di Jembrana memiliki potensi kekeringan selama musim kemarau ini. Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana berupaya melakukan langkah antisipasi dengan pembinaan ke subak untuk mengurangi dampak kekeringan. Seperti menyarankan petani menanam palawija dan menyesuaikan ketersediaan air.

Dari data di Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, hingga 2022 lalu total luas sawah mencapai 6.636,4 hektar terbagi di 79 subak. Dari jumlah tersebut yang berpotensi mengalami kekeringan jika terjadi kemarau panjang mencapai 775,5 ha. “Saat ini kondisi masih tergolong aman, lebih dari 500 ha yang rawan kekeringan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama, Senin (7/8).

Baca juga:  Dari Guru dan Siswa SMPN 5 Denpasar Sampaikan Kekecewaan hingga Jaga Kambtibmas

Dari luasan yang rawan itu terbagi di 8 subak di lima kecamatan di Kabupaten Jembrana. Kondisi musim kering dampak dari El Nino ini disikapi Dinas dengan melakukan upaya pencegahan atau antisipasi.

Mulai dari pengaturan pola tanam sesuai ketersediaan air irigasi atau berpalawija, pengaturan pola gilvar (pergiliran varietas), pemanfaatan sumur-sumur bor serta edukasi kepada kelompok tani atau subak terkait penanggulangan dampak El Nino. “Kita juga layangkan ke kelompok tani, melalui surat edaran. Intinya melakukan upaya mengantisipasi kekeringan,” terangnya.

Baca juga:  KMP Trisna Dwitya Kandas, Puluhan Penumpang Dievakuasi

Mengganti tanaman padi dengan palawija untuk sementara disarankan, sehingga lahan masih produktif. Begitu juga dengan pengaturan pola gilvar, mencari varietas yang lebih tahan pada masa kering.

Beberapa subak juga memanfaatkan sumur bor untuk mengantisipasi kekurangan air tersebut. Sejumlah subak yang rawan potensi kekeringan di antaranya Subak Manistutu Barat (kecamatan Melaya), Subak Benel, Subak Pangkung Buluh, Subak Liplip (kecamatan Negara), Subak Babakan Perancak (kecamatan Jembrana), Subak LB Mendoyo, subak (kecamatan Mendoyo) serta Subak Gumbrih dan Pangyangan di Kecamatan Pekutatan.

Baca juga:  Dana LUEP Dihentikan, Gabah Petani Dikhawatirkan Tak Terserap

Dari delapan subak tersebut, yang sudah mulai terancam kekeringan Subak Benel seluas 170 hektar, subak Pangkung Buluh seluas 115 hektar dan subak LB Mendoyo seluas 5 hektar. Di beberapa subak mulai memanfaatkan air sumur bor untuk irigasi untuk memenuhi kebutuhan air. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN