Bangunan Bale Kulkul Pura Puseh Desa Adat Puseh Agung yang masih dipertahankan. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Puseh Agung rutin menggelar piodalan salah satu parhyangan Pura Puseh yang berada di jantung Kota Negara. Pura Puseh ini tercatat salah satu pura tua di Kota Negara, selain Pura Dalem Lelateng. Sebelum berkembang seperti saat ini, di wilayah Banjar Tengah yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Jembrana, di-empon sejumlah desa adat di sekitar, seperti Baler Bale Agung dan Lelateng.

Dengan perkembangan penduduk, terjadi pemisahan desa adat, namun Pura Puseh ini masih di-empon untuk krama di dua desa adat yakni Desa Adat Lelateng dan Desa Adat Puseh. Dilihat dari historis, Pura Puseh ini berdiri satu kesatuan dengan Pura Dalem Lelateng. Di mana di wilayah Puseh Agung ini dulunya menjadi pusat pemerintahan. Desa Adat Puseh Agung dalam upaya menjaga dan penguatan adat istiadat, melaksanakan piodalan Pura Puseh yang jatuh setiap Tumpek Landep.

Baca juga:  Usai Menari, Puluhan Penari Rejang Sandat Ratu Segara Kerauhan

Bendesa Adat Puseh Agung, I Nyoman Sutama menyebutkan sejak tahun 2019 lalu, desa adat sangat terbantu dengan adanya program Semesta Berencana yang digagas Gubernur Bali, Wayan Koster, untuk pelaksanaan piodalan Pura Puseh, Desa Adat Puseh Agung ini. “Sehingga dari alokasi anggaran tersebut, pelaksanaan piodalan yang jatuh setiap Tumpek Landep kita laksanakan. Pada Tumpek Landep ini, pada Jumat (2/6) atau sehari sebelumnya digelar pacaruan dan mapeed di Pura Beji. Dan nyejer selama tiga hari hingga Minggu (4/6) mendatang. Kebetulan pada piodalan tepat Tumpek Landep ini Purnama, sehingga pada piodalan kali ini banten bebangkit,” ujarnya.

Tahun ini rencananya memang akan ada perbaikan atau pembangunan tembok penyengker Pura yang berbatasan dengan rumah warga. “Sebelumnya juga Pura Puseh dibantu dengan rehab tembok panyengker dari Semesta Berencana (provinsi) dan Pemkab Jembrana,” terangnya. Dari sejumlah wewangunan di Pura Puseh ini, masih ada satu wewangunan yang masih aslinya dan belum direhab yakni Balai kulkul. Memang sempat akan ada rencana untuk rehab, namun urung karena ada sejumlah kejadian niskala dan akhirnya disepakati untuk tidak direhab dan tetap dijaga seperti sebelumnya. “Sempat ada rencana, tetapi ada kerauhan dan bangunan balai kulkul bergetar, sehingga kami putuskan di desa adat tetap menjaga bangunan aslinya dan merawatnya,” tambah Bendesa. Bangunan Bale kulkul ini masih terjaga hingga saat ini, termasuk kulkul. Hanya di bagian atap yang diganti karena sudah rusak.

Baca juga:  Wisata Alam Desa Adat Gunung Salak Kembali Menggeliat

Pelaksanaan piodalan juga dilakukan secara bersama-sama turut melibatkan unsur kelurahan. Lurah Banjar Tengah, I Komang Ariawan mengatakan sinergitas mensupport kegiatan adat. Dalam rangka pelestarian adat dan budaya. “Mempertahankan tradisi budaya kita, apalagi berada di tengah Kota Negara. Kita upayakan meningkatkan, tingkat spiritual warga kita yang sudah baik. Kita pacu lagi, melalui informasi kegiatan ini bersama-sama saling memiliki, terlebih di Pura Puseh ini punya historis,” terangnya.

Baca juga:  Masyarakat Buleleng Apresiasi Kerja Keras Gubernur Koster Bersama Wagub Cok Ace

Desa Adat Puseh Agung menaungi kurang lebih 1.300 KK terbagi di tiga Banjar Adat. Dari sisi Timur berbatasan langsung dengan Sungai Ijogading yakni Banjar Ijogading, Banjar Kesari dan Banjar Pasupati paling ujung Barat. Di sisi Utara desa Adat berbatasan dengan Desa Adat Baler Bale Agung dan Desa Adat Lelateng di sisi Selatan. Wilayah ini sebelumnya merupakan pusat pemerintahan Kota Negara. Termasuk Kantor-kantor pemerintahan, baik itu Kantor Bupati, rumah jabatan dan alun-alun. Sebelum kantor pemerintahan berpindah di kawasan Civic Center di Dauhwaru, Kecamatan Jembrana. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN