SINGARAJA, BALIPOST.com – Pasikian Yowana di Bali saat ini menjadi tombak dalam menjaga seni adat dan tradisi yang ada. Bahkan Keberadaan Yowana di masing-masing desa adat di Bali telah mendapatkan pengakuan dan perhatian dari Pemerintah Provinsi Bali, berkat terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali.

Tak terkecuali Yowana Dharma Satya Desa Adat Yeh Anakan, Desa Banjar Asem, Kecamatan Seririt. Sejak beberapa bulan belakangan ini, desa adat setempat menggagas kalender tetap, dengan membuat aturan bagi para Yowana nya. Krama Yeh Anakan menyebut memiliki aturan atau dresta Nelebing Dharma Caruban.  Dalam filosofi memiliki arti Tuntunan Membuat Olahan atau Mebat.

Bendesa Adat Yeh Anakan, Nengah Wardika ditemui kamis (4/5 ) menjelaskan Nelebing Dharma Caruban ini sudah menjadi agenda rutin bagi para yowana di desanya di setiap kegiatan upacara/upakara. Menurutnya ini merupakan program langka dan satu-satunya ada di wilayah Kecamatan Seririt.

Baca juga:  Songket Jembrana mulai Go International

“Tradisi ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya para yowana yang ada, supaya warisan leluhur seperti mebat tidak punah. Mebat merupakan kegiatan yang sedikit rumit, sehingga perlu diajarkan dan dilakukan oleh Yowana,” katanya.

Bahkan saat ini, para yowana sudah bisa dikatakan mandiri membuat olahan atau ebatan yang akan nantinya dipakai saat pujawali di pura maupun kegiatan keagamaan yang ada di berbagai banjar adat yang ada.

Baca juga:  Bergerak Bersama Wujudkan SDM Bali Unggul Sesuai Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali

“Sejak awal para yowana sudah mandiri, mereka meracik dari basa atau bumbu hingga menjadi olahan yang siap disajikan kepada krama desa. Mereka membuat olahan seperti sate, lawar, jukut maupun hidangan lainnya,” katanya.

Wardika pun mengusulkan agar program ini dapat didaftarkan di Dinas Kebudayaan Provinsi Bali maupun Kabupaten Buleleng,mengingat sebagai salah satu tradisi yang langka dan berguna di kemudian hari.

Sementara itu, Ketua Yowana Dharma Satya, Kadek Tedy Mahendra Sanjaya mengungkapkan sejauh ini dari 6 banjar adat yang ada sekitar 150 yowana yang aktif melestarikan Nelebing Dharma Caruban ini. Pada dasarnya,kata Tedy para Yowana ini murni ngayah untuk kemajuan Desa Adat Yeh Anakan sendiri. “Para yowana ini tidak hanya ngayah nelebing pada saat piodalan saja, melainkan pada saat upacara manusa yadnya, semisal pernikahan maupun metatah, kami juga berkontribusi,” katanya.

Baca juga:  Nyitdah Terus Berbenah Wujudkan Desa Bersih dan Sehat

Tedy mengakui,memang dewasa ini minat Para Yowana untuk terjun Mebat atau membuat Ebatan masih sangat kurang. Sehingga melalui kolaborasi dengan Bendesa Adat setempat,kegiatan ini dibangkitakan sejak beberapa bulan lalu. “Progam ini kami miliki melihat truna-truni sekarang rasa keinginan untuk terjun ke dapur untuk mebat itu kurang makanya dengan program setidaknya mampu meringankan  dalam hal membuat ebatan,” tambahnya.

Tedy pun merasa bangga bisa mengetahui proses bagaimana membuat masakan khas Bali, ditambah yowana dan dukungan dari desa adat untuk melanjutkan kegiatan ini. (kmb/balipost)

BAGIKAN