Ilustrasi penggunaan laptop dan HP. (BP/Dokumen Antara)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemanasan global terus menjadi isu yang dibicarakan dan tidak pernah selesai, terutama setelah berita-berita yang mengatakan bahwa bumi tidak akan bertahan lama untuk dihuni manusia. Nyatanya, pemanasan global tidak hanya diakibatkan oleh industri besar, tapi juga aktivitas manusia sehari-hari.

Dilansir dari Concern Worldwide US, berikut aktivitas manusia yang berdampak pada pemanasan global :

  1. Penggunaan Transportasi

Pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas alam, dapat menghasilkan karbon dioksida dan dinitrogen oksida. Selama berabad-abad, manusia mengandalkan pembakaran bahan bakar tersebut untuk menggerakan moda transportasi, mulai dari pesawa, kereta api, hingga mobil.

2. Penggunaan Lampu Hingga Internet

Bahan bakar fosil juga digunakan untuk memberi daya pada lampu agar tetap menyala. Selain menyalakan lampu, kebiasaan menggunakan internet juga berpengaruh terhadap pemanasan global. Setiap email yang dikirim, streaming film, bahkan mengakses Google, dapat menambahkan karbon dioksida ke ekosistem.

Baca juga:  Antisipasi Warga Ngungsi, KPU Rancang Lokasi Mitigasi TPS di KRB

3. Rantai Bahan Bakar

Pusat data dan serves juga bertanggung jawab atas besarnya gas rumah kaca, terutama dengan munculnya teknologi blockchain. Bitcoin yang diperdagangkan melalui blockchain, menghabiskan lebih banyak energi dalam setahun. Begitupula dengan NFT, penjualan satu karya seni kripto menghabiskan lebih banyak listrik yang dapat menambah jumlah karbon.

4. Berkurangnya Rainforest

Pohon dapat membantu mengatur iklim dengan menyerap karbon dioksida di atmosfer. Setiap pohon dewasa dapat menyerap hingga 46 lbs CO2 setiap tahun. Dalam waktu yang sama, kira-kira dua hektar hutan dapat mengimbangi CO2 yang dihasilkan oleh jarak tempuh tahunan mobil. Masalahnya, ketika ditebang, karbon yang diserap pohhon akan dilepaskan kembali ke atmosfer.

Baca juga:  Tertimpa Pohon, Dua Rumah Warga di Mendoyo Dauh Tukad Rusak

5. Peternakan

Peningkatan industri peternakan dapat mengakibatkan peningkatan gas metana. Peternakan sapi maupun domba menghasilkan metana saat mereka mencerna makanannya. Metana memiliki umur simpan yang lebih pendek daripada karbon dioksida, artinya lebih merusak jika dikaitkan dengan pemanasan atmosfer.

6. Penggunaan Pupuk

Pupuk yang mengandung nitrogen digunakan untuk menghasilkan lebih banyak tanaman, dan jenis pupuk ini lebih cepat daripada pupuk alami seperti pupuk kandang. Sayangnya, pupuk ini juga menghasilkan emisi oksida nitrat. Meski hanya menyumbang sebagian kecil dari emisi gas rumah kaca, setiap pound emisi oksida nitrat dapat menghangatkan planet sebesar 300 kali lebih banyak dari karbon dioksida.

Baca juga:  Sungai Ijogading Miliki Potensi Hutan Mangrove

7. Efek-F dari Gas-F

Penggunaan gas-F atau gas berfluorinasi semakin populer. Meski tidak merusak lapisan ozon, gas ini masih termasuk gas rumah kaca. Gas-F meliputi HFC, PFC, SF6, dan NF3, yang memainkan peran dalam kehidupan sehari-hari. NF3 digunakan dalam lampu LED dan layar panel datar. HFC memberi daya pada lemari es dan AC, dan peralatan pompa pabas. PFC merupakan cadangan di industri elektronik, kosmetik, dan farmasi.

Sementara SF6 digunakan sebagai gas isolasi dan switchgear tegangan tinggi.
Untuk menjaga bumi, alangkah baiknya kamu mulai mengurangi aktivitas-aktivitas yang dapat berdampak pada pemanasan global. Meski hanya berdampak kecil, setidaknya kamu ikut berkontribusi dalam menjaga bumi. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *