Dialog Merah Putih Bali Era Baru, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Rabu (27/9) di Warung Bali Coffee 63, Jalan Veteran Denpasar. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Para seniman Bali, melalui karya-karyanya ikut berkontribusi mengimplementasikan nilai-nilai luhur Sat Kerthi Loka Bali. Karya seniman banyak terinspirasi dari alam, meliputi keindahan danau (danu), laut (segara) beserta biotanya, dan kelestarian hutan (wana) beserta binatangnya.

Karena itu konsep pembangunan Pemerintah Provinsi Bali dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali penting dikawal bersama, agar alam beserta isinya tetap lestari. Demikian terungkap dalam acara Dialog Merah Putih Bali Era Baru, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Rabu (27/9) di Warung Bali Coffee 63, Jalan Veteran Denpasar. Acara tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Jro Mangku Dr. I Nyoman Sudanta, S.Ag., M.Si. yang juga penari Topeng dan dalang wayang kulit dan perupa I Ketut Suwidiarta, M.F.A.

Jro Mangku Sudanta mengungkapkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali sesungguhnya sudah menjadi kearifan lokal Bali sejak masa lampau, kemudian diangkat lagi menjadi visi pembangunan Bali oleh Gubernur Bali, Wayan Koster. Menurut Jro Mangku, visi yang bagus itu perlu diimplementasikan berbagai pihak, termasuk oleh seniman.

Baca juga:  10 Tahun Tak Bangun SMA/SMK Negeri, Gubernur Ngaku Malu dan Sedih Siswa Perdesaan Jauh Akses Sekolah

Bahkan, akademisi Unhi ini juga mengakui, dalam ranah pementasan seni, Sat Kerthi itu adalah modal utama bagi seniman. Seniman mendapat
inspirasi dari alam yang lestari.

Hal senada disampaikan Ketut Suwidiarta. Karya-karya seniman banyak terinspirasi dari alam, dan seniman menjadi corong pelestarian alam atau Sat Kerthi Loka Bali, lewat karya atau bahasa seni.

Suwidiarta menjelaskan seniman memiliki media untuk menyuarakan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Tetapi seniman juga punya cara sendiri untuk
mengkritik konstruktif, jika konsep adiluhung itu ada ketimpangan dalam implementasinya.

“Apabila antara konsep dan kenyataan jauh menyimpang, seniman punya media untuk membahasakannya lewat karya,’’ ujar Suwidiarta yang juga dosen senirupa di Unhi Denpasar.

Baca juga:  Desa Adat Bekul Gelar Karya Atma Wedana Massal

Sementara itu dalam mengimplementasikan nilai-nilai Sat Kerthi, perlu adanya sinergi antara pemerintah sebagai pemegang kebijakan, dengan masyarakat, termasuk seniman di dalamnya. Agar konsep ini bisa dibumikan dengan baik oleh seniman, menurut Jro Mangku Sudanta, perlu ada titi pangancan.

Pemerintah selain menyediakan ‘’titi’’ atau jembatan, juga sekaligus menyiapkan ‘’pangancan’’ atau pegangannya. Artinya, seniman mesti disediakan ruang selebar-lebarnya untuk mengekspresikan nilai-nilai tersebut, sekaligus eksistensinya atau nasibnya penting lebih diperhatikan.

Dia juga berpendapat pemerataan ruang ekspresi dan apresiasi penting diperhatikan agar semua seniman memiliki kesempatan yang sama. Dengan demikian baru kita bisa mengatakan membumikan yakni melibatkan orang banyak dengan sasaran yang banyak dengan cara mereka yang berbeda sesuai kompetensi para seniman.

Baca juga:  Desa Adat Bukit Jangkrik Kembangkan Potensi Desa

Bagi Ketut Suwidiarta, kearifan lokal Sat Kerthi Loka Bali yang dijadikan visi pembangunan oleh pemerintah Bali itu, sudah bagus. Tugas seniman adalah ikut membumikan konsep yang ideal untuk pemuliaan alam tersebut, lewat berkarya.

Bahkan, konsep yang diwacanakan tersebut telah berjalan. Namun, agar alam tetap lestari, semua pihak harus menjaga danau, laut, dan hutan dari perusakan.

Termasuk, menjaga eksistensi subak yang di dalamnya ada sawah. Jadi, semua pihak wajib menjaga alam agar tetap lestari. “Sawah pertanian adalah basis kesenian Bali. Karena itu sawah mesti dijaga dari alih fungsi yang masif. Di sinilah pentingnya campur tangan pemerintah melalui regulasinya,” ujar Suwidiarta, lulusan fine art salah satu perguruan tinggi seni di India tersebut. (Subrata/balipost)

BAGIKAN