Prof. I Gede Arya Sugiartha. (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-44 sudah berjalan tiga pekan. Ajang ini menjadi momentum bagi seniman dan masyarakat Bali menumpahkan kerinduan untuk berkesenian dan bersenang–senang pascadua tahun tertahan karena pandemi Covid-19. Tahun 2021 PKB dilaksanakan secara hybrid. Tahun 2022 PKB disambut euphoria dan antusias masyarakat yang tinggi. Euphoria PKB ini memperkuat implementasi visi Gubernur Bali Wayan Koster yakni memperkuat Nangun Sat Krthi Loka Bali (NSKLB).

Hal itu terungkap pada ”Dialog Merah Putih, Bali Era Baru, Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung 63, Jalan Veteran, Denpasar, Rabu (6/7). Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. I Gede Arya Sugiartha mengatakan, evaluasi pelaksanaan PKB setiap hari dilakukan untuk perbaikan ke depan. PKB tahun ini disambut antusias dari masyarakat dibuktikan dengan membludaknya pengunjung setiap hari. “Ini juga memicu panitia bekerja ekstra keras agar di satu pihak dengan pengunjung yang membludak tidak mengecewakan, di sisi lain juga tidak mengecewakan seniman,” ujarnya.

Dari segi materi, PKB mengacu pada 8 materi pokok yaitu pawai, pagelaran, parade, lomba, workshop, sarasehan, penghargaan Adi Sewaka Nugraha, juga dibingkai dengan tema Danu Kerthi Huluning Amertha. “Jadi semua tampilan–tampilan sangat aplikatif terhadap tema-tema yang ada. Ini kita beri apresiasi para seniman kita,”  ujarnya.

Baca juga:  Satu Pengungsi Dirawat di Puskemas Tejakula

Namun, tidak dipungkiri juga menyisakan banyak hal, salah satunya sampah yang juga menjadi catatan kurang baik. Karena banyak masyarakat datang ke taman budaya membawa makanan, sampahnya ditinggalkan. Padahal tong sampah sudah disiapkan setiap lima meter. Dia minta sebaiknya sampah dibawa pulang dan perlu didahuli oleh penyadaran dan pemahaman kepada masyarakat. “Kita berpesta seni, bersenang-senang akan tetapi agar tidak menyisakan sampah,” ujarnya.

Masalah kemacetan yang ditimbulkan oleh PKB, dulu pernah dilakukan upaya penyediaan sentral parkir, kemudian disiapkan settle bus menuju ke area kegiatan PKB. Namun lagi–lagi hal itu tidak berhasil, karena karakter masyarakat Bali yang ingin turun atau parkir dekat dengan area Taman Budaya Art Center. Untuk itu diperlukan kesadaran bersama ruas jalan jangan diganggu untuk parkir, silahkan dibawa masuk ke rumah penduduk. Dengan demikian dampak ekonominya bagi rakyat dirasakan tanpa menimbulkan kemacetan.

Ketua Komisi IV DPRD Bali (Bidang Pendidikan, Agama dan Budaya) Gusti Putu Budiarta mengatakan, PKB adalah ajangn seniman dan masyarakat penikmat seni se-Bali dan baru kali ini bisa dijalankan secara normal karena pandemi Covid-19. Diakui kemacetan dan sampah menjadi bahan evaluasi, namun masyarakat berharap PKB terus dilakukan dengan pengelolaan yang lebih baik.

Baca juga:  Rusak, Warga Berharap Jalan Akses Pariwisata Amed-Seraya Diperbaiki

“Kalau ini bisa dijalankan terus menerus, saya yakin segala aspek kehidupan masyarakat yang ada di Bali akan terus berkembang karena memang adat, budaya, seni dan agama kita itu memang menunjang segala aspek kehidupan masyarakat Bali. Apalagi kita berada di wilayah pariwisata. Oleh sebab itu, PKB satu sarana, ruang untuk menggerakkan seniman. Oleh karena itu, agar ini terus dikelola dengan baik,” imbuhnya.

Bagi Budiarta yang juga Jro Bendesa Adat Pemogan Denpasar inji, PKB berjalan dengan luar biasa. Ini dibuktikan semua pementasan penontonnya membludak sata pagi, sore dan malam hari. Kedua, semua unsur terlibat baik pementasan untuk anak-anak, remaja dan dewasa sampai lansia dan legendaris. Ini pas dengan tujuan Gubernur Wayan Koster meningkatkan  Sad Kerthi melalui pembentukkan SDM Bali yang unggul dan kuat karakter budayana lokalnya.

Hebatnya lagi, kata tokoh Desa Pemogan ini, semua budayawan dilibatkan dan snagat apik dari tata kelola pelaksanaannya. Tak lagi ada yang bolong, kecuali pementasan seni Papua yang mengalami masalah teknis di daerah asalnya. Jika ada persoalan sampah dan kemacetan itu wajar terjadi dan kita bersama memikirkan solusinya.

Baca juga:  Desa Adat Sumbersari Garap Peternakan Babi Berbasis Krama

”Saya senang melihat masyarakat bisa berlibur dan menghibur sekaligus menanamkan nili-nilai seni budaya Bali di PKB. Ini namanya kemandirian dalam bidang budaya,” tegasnya.

Budayawan yang juga dosen Universitas Warmadewa Dr. Drs. A.A. Gede Raka, M.Si., mengatakan tema PKB sangat relevan dengan visi misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Tema ini merupakan upaya menciptakan hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam seperti konsep Tri Hita Karana.

Dari penjabaran konsep Gubernur Bali ke dalam pelaksanaan PKB akan dirasakan langsung dampaknya ke seniman dan masyarakat luas karena  Nangun Sat Kerthi Loka Bali berarti kepuasan jananya untuk menuju keseimbangan hidup dengan Tuhan dan lingkungan.

Dikatakannya, pelaksanaan PKB tak lepas dari konsekuensi parkir dan sampah. “Jangan salahkan mereka, kalau sepi panitia akan menyesal membuat sesuatu. Sekarang kan apapun disiapkan ada yang menikmati. Makanya pas disebut pesta seni  karena segala sesuatu yang dipersiapkan itu adalah lebih artinya semua kebutuhan masyarakat Bali tersedia di PKB,” ujarnya.

Dia setuju  dampak positif yang dapat diambil dari pelaksanaan PKB yaitu membangkitkan masyarakat dalam berkesenian. Tak hanya anak-anak tapi juga remaja dewasa dan orang tua serta para legendaris. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN