Luhut B. Pandjaitan. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Keberhasilan penanganan Omicron diklaim mampu menjaga pemulihan ekonomi nasional. Bahkan di Bali dan Nusa Tenggara mencapai tingkat pertumbuhan tertinggi saat pandemi. Hal ini, diungkapkan Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut B. Pandjaitan, Senin (4/4) bisa dilihat dari berbagai indikator.

Meski pertumbuhan ekonomi sempat menurun, tetapi pemulihan ekonomi bisa bangkit dengan cepat. “Menunjukkan tren yang sangat positif sejak akhir Februari lalu,” katanya.

Hal ini juga dikuatkan dengan Indeks Belanja dari Mandiri Institut yang kembali meningkat di semua wilayah. “Bahkan wilayah Bali dan Nusa Tenggara mencapai tingkat tertinggi sejak pandemi melanda. Mobilitas masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar rumah juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Mobilitas masyarakat mencapai tingkat tertinggi semenjak pandemi melanda negeri kita ini,” lanjutnya.

Baca juga:  PPKM Luar Jawa-Bali Berlanjut, Makin Banyak Kabupaten/kota Jalani Level 1

Selain itu, aktivitas industri telah mencatat pertumbuhan positif selama 7 bulan berturut-turut yang mengakibatkan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor manufaktur. Dengan makin terkendalinya penanganan pandemi, pemerintah akan terus melakukan transisi mengembalikan kehidupan dan aktivitas ekonomi masyarakat kembali mendekati tingkat yang normal.

Berdasarkan data global normalcy index yang dikeluarkan The Economist, nilai Indonesia berada pada 68 dari 100 dari kondisi normal. “Salah satu yang masih akan kita perbaiki adalah kapasitas penerbangan internasional yang masih jauh dari normal,” tegasnya.

Baca juga:  Ada Karyawannya Terpapar COVID-19, Toko di Jalan Puputan Klungkung Ini Diminta Tutup

Dalam kesempatan itu, Luhut mengungkapkan kurang dari 3 bulan, kasus COVID-19 nasional menurun sangat tajam hingga 97 persen dari puncak kasus yang disebabkan varian Omicron. “Kasus aktif secara nasional juga turun hingga 83 persen dari puncak kasus yang lalu. Sehingga sekarang ini berada di bawah 100 ribu kasus aktif,” katanya.

Hal lain menggambarkan bahwa kondisinya cukup baik adalah rawat inap RS turun hingga 80 persen. BOR (bed occupancy ratio) perawatan pasien COVID-19 di RS hanya 6 persen. Positivity rate di bawah standar WHO, yakni 4 persen. “Jumlah meninggal pun turun tajam, hingga 88 persen dibandingkan puncak kasus Omicron yang lalu. Dari data yang ada di atas kami menarik kesimpulan bahwa kondisi varian Omicron di Indonesia saat ini berada pada posisi yang terkendali,” tegasnya. (Diah Dewi/balipost)

Baca juga:  Jadi Saksi Kasus SPI Unud, Prof. Antara Sebut Raka Sudewi Bertanggung Jawab
BAGIKAN