Ritual atau tradisi Ngerebeg di Desa Adat Tengkulak Kelod setiap Kajeng Kliwon Kelima. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Desa Adat di Bali memiliki seni, budaya, tradisi, ritual, adat istiadat dengan keunikan masing-masing. Seperti tradisi unik dimiliki Desa Adat Tengkulak Kelod.

Desa Adat Tengkulak Kelod, Desa Kemenuh, Sukawati, Gianyar memilki tradisi, ritual Ngerebeg yang wajib digelar setiap tahunnya. Bendesa Adat Tengkulak Kelod, Dewa Ketut Suarbawa, S.H., menjelaskan,
tradisi Ngerebeg diwariskan leluhur, pendahulu dan
hingga kini tetap dilestarikan.

Ritual Ngerebeg digelar saat Rahina Kajeng Kliwon
dimulai Sasih Kalima hingga Sasih Kanem. Dimana saat Kajeng Kliwon Sasih Kalima sesuhunan Ratu Alit
berupa (barong Ket), Ratu Mas (berupa Rangda berbulu putih), Ratu Klike (berupa rangka berbulu hitam) dan Ratu Week itu ditedunkan. Dijelaskan,
semua sesuhunan ditedunkan saat Kajeng Kliwon
Kalima hingga kanem. Di mana sesuhunan ditedunkan dua kali pada malam hari dan 1 kali pada siang hari.

Baca juga:  Kewirausahaan Versi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”

Dikatakan, saat sesuhunan tedun 1 kali pada siang hari ini mengelilingi desa dari ujung utara dan ujung selatan. Para pangiring, baik anak-anak, dewasa
hingga tua berias tubuh dicat warna warni menyerupai
wong samar. Ada juga warga tubuhnya diisi tapak dara menggunakan pamor.

Tujuannya untuk tolak bala, agar masyarakat terhindar mara bahaya, terhindar musibah, diberikan ketentraman. “Usai tradisi ngerebeg, Ida Batara Sesuhunan katuran bhakti berlangsung di Pura
Dalem Desa Adat Tengkulak Kelod,” katanya.

Baca juga:  Pedagang Acung di Penelokan akan Ditertibkan

Bendesa Adat Tengkulak Kelod menambahkan Desa Adat Tengkulak Kelod memiliki keunikan tersendiri memiliki dua Pura Dalem yakni Pura Dalem Baleran dan Pura Dalem Pasung Grigis (posisi) di selatan.
Pura Dalem Pasung Grigis di-sungsung khusus pemaksan sekitar 40 KK.

Kebaradaan Pura Pasung Grigis konon ceritanya Patih
Pasung Grigis ketika dari Bedulu melintas di wilayah
Tengkulak Kelod kemudian sempat berhenti (masanekan) di tempat ini sehingga dibangun Pura Pasung Grigis. Bandesa Adat Tengkulak Kelod menambahkan kini warganya mencapai 227 KK
pangempon pura kahyangan tiga.

Masyarakatnya sebelum Covid-19 kebanyakan sebagai perajin rumahan, membuat patung, terjun di
dunia pariwisata sehingga di wilayah ini banyak terdapat Artshop. Anak muda Tengkulak Kelod banyak juga bekerja keluar negeri, baik di darat juga di kapal pesiar. Namun karena Covid-19, warga banyak kembali terjun sebagai petani.

Baca juga:  Desa Dauh Peken Kelola Sampah Jadi Sumber Daya Bermanfaat

Disinggung soal keberadaan LPD Adat Tengkulak Kelod, sebelum kepemimpinannya sebagai bendesa, LPD hanya buka malam hari dan siang hari tutup. “Sebelumnya LPD Tengkulak Kelod hanya buka malam hari, begitu saya jadi bendesa sekarang sudah periode kedua, LPD sudah buka sejak pagi dan tutup menjelang sore, malam tidak melayani lagi,” katanya.

Kini LPD Adat Tengkulak Kelod semakin berkembang dan sudah memiliki omzet hingga miliaran rupiah. (kmb/balipost)

BAGIKAN