Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Suharyanto. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pemerintah dalam menangani puncak gelombang Omicron jauh lebih siap dibandingkan saat varian Delta melanda. Bahkan, sebelum puncak terjadi pun, pemerintah menyiapkan fasilitas isolasi terpusat (isoter) di setiap provinsi di Indonesia. Demikian dikemukakan Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Suharyanto, Jumat (18/2) dikutip dari Kantor Berita Antara.

Ia menyebut pihaknya sudah menyiapkan isolasi terpusat di setiap provinsi bagi mereka yang terpapar tetapi bergejala ringan hingga sedang. Sementara itu, bagi masyarakat yang tidak bergejala, kata Suharyanto, pemerintah menyarankan agar isolasi mandiri (isoman) dengan didukung obat-obatan dari pemerintah.

Baca juga:  Bali Laporkan Tambahan Kasus COVID-19 di Atas 90 Orang

Ia mengatakan secara klinis tingkat kematian akibat COVID-19 varian Omicron tidak separah Delta. Tetapi Omicron tetap berpotensi menimbulkan kematian bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta, belum divaksin, dan lansia.

“Kelompok rentan inilah yang terbanyak mengalami fatalitas ketika terpapar Omicron,” ujarnya.

Suharyanto mengatakan saat ini mayoritas masyarakat sudah divaksin, 90 persen dosis 1 dan 66 persen dosis 2. Sedangkan lansia, 74 persen dosis 1 dan 51 persen dosis 2.

“Ini mengurangi potensi pemburukan jika terpapar. Untuk itu, kami mengimbau agar masyarakat yang belum vaksin agar segera melengkapi dosis vaksin, termasuk dosis ketiga,” katanya.

Baca juga:  Pascadirawat, 3 Pasien MSS Alami Gejala Sisa

Suharyanto mengatakan sejumlah upaya tersebut membuat peran rumah sakit (RS) dapat lebih dioptimalkan untuk masyarakat yang terpapar COVID-19 bergejala berat hingga kritis serta mereka yang memiliki komorbid atau memerlukan penanganan khusus.

“Inilah yang menghasilkan kontrol terhadap penggunaan tempat tidur rumah sakit rujukan COVID-19 menjadi terkendali hingga saat ini,” katanya.

Dikatakan Suharyanto telemedisin membantu mereka yang melakukan isolasi mandiri. Artinya, orang terpapar tetapi relatif tidak bergejala atau hanya bergejala ringan. “Untuk yang bergejala ringan hingga sedang kami sarankan bisa ke isoter agar perawatannya tetap terjaga,” katanya.

Baca juga:  Varian Delta Seperti Kotak Pandora, Ancaman Resesi Menghantui

Suharyanto mengatakan pemerintah belajar banyak dalam menangani pandemi COVID-19 dalam waktu dua tahun terakhir, terutama saat puncak varian Delta.

Kesiapan dan fasilitas kesehatan semakin baik. Jika ada potensi kenaikan tingkat keterisian rumah sakit atau fasilitas isoter, pemerintah sudah siap untuk antisipasinya. “Secara singkat, kita jauh-jauh lebih siap dan lebih baik dalam menangani pandemi saat ini,” katanya. (kmb/balipost)

BAGIKAN