Suasana di Pasar Badung, Denpasar. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Secara umum pada Januari 2022 Bali mengalami inflasi 1,03% (mtm) dan 2,31% (yoy). Ada dua kota amatan yang menjadi sampel pengukuran inflasi yaitu Denpasar dan Singaraja. Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Hanif Yahya, Rabu (2/2).

Ia memaparkan pada Januari 2022 dibandingkan Desember 2021, secara mtm, Denpasar mengalami inflasi 1,09% dan Singaraja mengalami inflasi 0,63%. Secara yoy, Denpasar mengalami 2,34% dan Singaraja mengalami inflasi 2,08%.

“Denpasar dan Singaraja adalah kota yang masuk dalam 85 kota seluruh Indonesia yang mengalami inflasi. Denpasar urutan ke-13 dan Singaraja urutan ke-46,” ungkap Hanif.

Komoditas tomat dan daging ayam ras merupakan komponen volatile food yang mengalami inflasi cukup tinggi. Mencapai puluhan persen pada Januari 2022 dibandingkan Desember 2021. Akibat andil dari dua komoditi tersebut, komponen volatile food mengalami inflasi 2,63%.

Baca juga:  Jadwal PKB, Minggu 7 Juli 2019

Ia mengatakan, lima komoditas utama penyumbang inflasi di Bali selama Januari 2022 yaitu daging ayam ras mengalami perubahan harga positif atau inflasi sebesar 10,06%, kontrak rumah mengalami inflasi 7,64%, tomat mengalami inflasi 60,45%, upah asisten rumah tangga mengalami inflasi 2,82%, bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 2,30%.

Bahkan di Singaraja dan Denpasar, tomat mengalami perubahan harga ekstrem yaitu 90,57% dan 56,16%. Mengingat harga tomat sangat berfluktuatif maka pengukuran dilakukan per minggu.

Perubahan harga ini dikatakan biasa terjadi pada produk-produk pertanian karena sangat tergantung dengan musim tanam dan distribusi. “Memang perubahan harga daging ayam ras dan tomat cukup tinggi mungkin ada perayaan-perayaan keagamaan atau kegiatan lain atau mungkin ada pasokan dari dua komoditas tersebut tidak selancar seperti biasanya,” ujarnya.

Baca juga:  Delapan Provinsi Alami Pertumbuhan Ekonomi di Atas Inflasi

Sementara minyak goreng, sebelum ditetapkan sebagai barang yang mendapat subsidi dari pemerintah, tidak masuk dalam lima besar komoditas terbesar penyumbang inflasi di Bali. Hal ini lantaran kenaikan harganya bertahap sejak Juli 2021.

Kenaikan harga minyak goreng mulai terjadi per Juli 2021 dan jika diukur per Januari 2022, perbandingan harga minyak goreng yang diambil adalah harga Desember 2021 dibandingkan Januari 2022 (mtm) dan perbandingan Januari 2021 dengan Januari 2022 (yoy). Dengan demikian perubahan harganya tidak terlihat perubahan ekstrem.

Ada 3 kelompok penyumbang inflasi terbesar di Bali pada Januari 2022. Kelompok terbesar pertama yaitu kelompok makanan dengan sumbangannya terhadap inflasi Bali sebesar 0,51% dan mengalami inflasi atau perubahan harga 1,96% (mtm). Kelompok terbesar kedua adalah perumahan dengan andil 0,23% dan mengalami inflasi 1,45%, kelompok restoran dengan andil 0,07% dan mengalami inflasi 0,78%.

Baca juga:  Bali Perlu Waspadai Kenaikan Bahan Pangan

Sedangkan di Denpasar, penyumbang inflasi tertinggi yaitu kelompok makanan dengan andil 0,4% dan mengalami inflasi 1,88%, kelompok perumahan dengan andil 0,26% dan mengalami inflasi 1,62% (mtm), dan kelompok perlengkapan rumah tangga dengan andil 0,09% dan mengalami inflasi 1,24%.

Di Singaraja, kelompok makanan memiliki andil 0,79% terhadap inflasi Bali dan mengalami inflasi 2,31%, kelompok transportasi memiliki andil 0,03% dan mengalami inflasi 0,35%, kelompok perumahan dengan andil 0,01% mengalami inflasi 0,10%. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN