Suasana diskusi publik terkait launching Peta Subak yang Diterabas Rencana Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Front Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali (Frontier Bali), WALHI Bali dan LST (Lingkar Studi Tumbuh) Singaraja, mengadakan diskusi publik terkait launching peta subak yang diterabas rencana Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi, Minggu (31/10). Dalam diskusi terungkap ratusan hektare lahan pertanian terkena proyek jalan tol ini.

Angota LST Singaraja yang juga mahasiswa Jurusan Geografi Undiksha Singaraja, Bimo Pratama mengatakan total luas lahan pertanian yang diterabas tol Gilimanuk-Mengwi sebanyak 480,54 hektare. “Dari hasil digitasi dan turun ke lapangan, kami temukan di Jembrana ada 253,52 hektare, Tabanan ada 212,89 Ha, dan Badung ada 14,13 Ha. Jadi total sawah yang diterabas proyek tol Gilimanuk-Mengwi adalah 480,54 Ha,” jelas Bimo.

Jika dilihat dari subaknya, proyek ini menerabas 34 subak di Jembrana, 54 subak di Tabanan, dan 9 subak di Badung. “Sehingga total ada 97 Subak yang teridentifikasi diterabas oleh Proyek Tol Gilimanuk-Mengwi,” paparnya dalam rilis yang diterima.

Baca juga:  Dari Jalur Denpasar-Gilimanuk di Megati Ditutup hingga Bangun "Sport Center"

Lebih jauh, ia menjelaskan saat melakukan survey di Badung, ditemukan fakta bahwa Subak Yeh Sungi sangat produktif, dan di sebelah utara Subak Yeh Sungi terdapat pura subak. Pura subak itu juga ditabrak oleh trase tol Gilimanuk-Mengwi. “Saat kita melakukan identifikasi, pura subak ini juga diterabas oleh trase tol Gilimanuk-Mengwi,” ujarnya.

Guru Besar Pertanian Universitas Udayana, Prof. Wayan Windia yang juga hadir dalam diskusi itu mengatakan di 2014, total luas sawah di Bali 80 ribu Ha dan tiap tahunnya selalu menyusut rata-rata 2.288 Ha (dua ribu delapan ratus delapan puluh delapan hektar). Menurut disertasi Made Geria, Subak di Bali pada 2030 akan hilang. Saat ini saja, Bali sudah minus beras 100 ribu ton per tahun. “Hitungannya saat ini Bali sudah minus beras,” tegasnya.

Baca juga:  Gempa Dangkal Guncang Kuta Selatan

Lebih lanjut, ia menjelaskan peran subak di Bali sangat signifikan. Sebab, bukan hanya menyuplai bahan makanan tapi juga untuk meneguhkan kebudayaan di Bali.

Dampak dari proyek Tol Gilimanuk-Mengwi ini juga membuat sawah dan subak menjadi berkurang, hal tersebut sangat berdampak hilangnya sumber pangan Bali dan goyahnya kebudayaan Bali. “Menurut Prof. Sutawan, kalau nanti sawah habis, subak habis, maka kebudayaan Bali goyah,” ungkapnya..

Sementara itu, Made Krisna ‘Bokis’ Dinata, S.Pd selaku Manajer Advokasi dan Kampanye WALHI Bali, mengutarakan rencana proyek pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi yang disebutkan pada KA-ANDAL rencana pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi menerabas sawah dengan intensitas sedang hingga tinggi seluas 188, 31 Ha. Namun faktanya berdasarkan hasil survey yang dilakukan tim survey Walhi Bali, luasannya lebih banyak, hingga 480,54 Ha.

Baca juga:  Miliki 4,08 Gram Sabu-sabu, Dituntut 10 Tahun

Atas temuan yang lebih banyak dari KA-ANDAL tersebut, kesahihan data dipertanyakan. “Kami mempertanyakan kesahihan data pemrakarasa yang digandeng oleh Pemprov Bali,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bokis juga menjelaskan bahwa saat pandemi COVID-19 yang terjadi di Bali ini, pertanian merupakan alternatif untuk memberikan kontribusi ekonomi di Bali. Tapi yang terjadi, Pemprov Bali justru membuat rencana pembangunan proyek Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi yang sudah menerabas lahan pertanian produktif.

Hal ini dinilai bertentangan dengan visi misi Gubernur Bali, Wayan Koster yang berkaitan dengan kemandirian pangan. Ia menegaskan seharusnya Gubernur membuat kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada perlindungan lahan pertanian dan petaninya, bukan malah sebaliknya. “Berdasarkan temuan WALHI Bali, kami mempertanyakan komitmen Wayan Koster untuk mewujudkan kemandirian pangan,” katanya. (kmb/balipost)

BAGIKAN