Abrasi – Abrasi yang terjadi di Pantai Pebuahan, saat air laut pasang, hingga masuk ke bangunan warga bahkan ke jalan. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Abrasi di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara semakin parah. Kawasan pantai yang dulunya banyak warung ikan bakar berjejer, kini satu per satu bangunan telah hilang hancur dihantam gelombang laut.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, abrasi semakin mengganas. Bahkan air laut saat pasang kini sampai melewati jalan desa. Belum lagi gempuran ombak yang sering terjadi setiap bulan. Sejumlah warga dan usaha ikan bakar memilih pindah, namun beberapa masih bertahan mengandalkan senderan batu dan pasir yang dibuat swadaya. Menurut warga, saat laut surut, air memang jauh dari pinggiran bangunan warga. Tetapi saat air laut pasang, air hingga melewati jalan. Bahkan jalan yang baru dibangun beberapa waktu lalu, kini sudah putus.

Baca juga:  Ancaman Sempadan dan Pesisir Bali

“Dulu memang sempat uji coba dipasang di tengah semacam pemecah ombak disebut geotextile. Sepanjang 80 meter, terbagi di beberapa titik. Tapi tidak bias menahan ombak. Sekarang gelombang masih besar sampai ke jalan,” terang Basir (37), salah seorang warga banjar Pebuahan. Kini beberapa bangunan bertahan dengan mengandalkan senderan swadaya yang dibuat.

Warga ini juga mengamati kondisi bangunan sudah banyak yang tergerus akibat abrasi. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari pemasangan bambu hingga adanya bantuan geotextile. Namun abrasi tetap terjadi. Bangunan banyak hancur, termasuk jalan yang sudah putus. Bahkan untuk masuk ke pantai dari arah Timur, harus memutar, terutama saat air laut pasang. Bertahun-tahun tidak ada penanganan abrasi semakin parah.

Baca juga:  36 Tahun Kosong, Desa Adat Geretek "Ngadegang" Penyarikan Desa

Dari pengamatan, saat air laut surut, puing-puing bangunan bekas warung masih terlihat di pantai. Begitu juga puing jalan yang hancur akibat bagian bawahnya tergerus abrasi. (Surya Dharma/Balipost)

BAGIKAN