Sejumlah warga berada di Lapangan Puputan Badung setelah kembali dibukanya fasilitas umum karena Bali berada pada PPKM Level 2. (BP/Hendri Febriyanto)

DENPASAR, BALIPOST.com – Penurunan jumlah kasus COVID-19 yang terjadi dalam dua bulan terakhir menyebabkan sejumlah pelonggaran aktivitas masyarakat. Jam operasional mal/pusat perbelanjaan diperpanjang, anak usia di bawah 12 tahun boleh masuk bioskop dan mal/pusat perbelanjaan, dan obyek wisata dibuka meski dengan kapasitas terbatas.

Dari data yang ada, selama sebulan terakhir ini, terjadi penurunan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan (prokes) 3 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, dan menjaga jarak serta menjauhi kerumunan). Kondisi ini linier dengan pantauan di sejumlah ruang publik, seperti Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung, Taman Kota Lumintang, dan Pantai Sanur.

Ketiga ruang publik yang sudah mulai dibuka oleh Pemerintah Kota Denpasar seiring pelaksanaan PPKM Level 2 di Bali, makin banyak dikunjungi warga. Mereka melakukan aktivitas olahraga, menjalankan hobi, dan sekedar bersantai. Beberapa ada yang masih taat menggunakan masker, namun sejumlah warga terlihat tidak menggunakan masker. Bahkan, mereka nampak berkumpul lebih dari 3 orang dengan jarak berdekatan.

Kondisi ini, tak hanya terjadi di Denpasar. Kecenderungan turunnya kepatuhan prokes di saat situasi penanganan pandemi sangat baik ini terjadi hampir di seluruh Indonesia, seperti yang diungkapkan Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro. Ini, dikatakannya, bisa menjadi celah terjadinya gelombang ketiga.

Baca juga:  Masyarakat Desak Data Pasien COVID-19 Dibuka, Ini Penjelasan Kadiskes Bali 

Dalam keterangan persnya, Rabu (27/10), ia menyoroti penurunan tingkat kepatuhan Prokes di tengah masyarakat. “Dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam 7 hari terakhir, restoran dan kedai (20,6%) dan tempat wisata (9,9%) termasuk ke dalam kategori kepatuhan memakai masker kurang dari 60%. Ini adalah titik lengah,” ujar Reisa.

Ia mengingatkan, meski berkumpul dengan orang-orang yang sudah divaksinasi dan diketahui status kesehatannya melalui aplikasi PeduliLindungi, namun sebaiknya tidak terlalu percaya diri untuk berkerumun dan melakukan kontak tanpa memakai masker.

Apalagi, kata Reisa, cakupan vaksinasi nasional belum mencapai 100%. Menurutnya, baru sekitar 25% dari kelompok masyarakat rentan yang divaksin lengkap dan baru 50% warga rentan dan umum yang sudah vaksin kesatu. Untuk kelompok usia 12-17 tahun, baru 3,1 juta lebih anak yang telah divaksin lengkap dan 3,8 juta baru mendapatkan dosis pertama. “Dan yang paling serius adalah kaum lansia masih banyak yang harus dipersuasi untuk ikut vaksinasi,” tuturnya.

Cakupan vaksinasi lansia saat ini, kata Reisa, masih jauh dari harapan, karena lansia adalah kelompok pertama yang divaksinasi sejak awal tahun 2021. Ia menyebutkan, ini adalah titik lengah yang besar. “Apabila di ruang publik masih banyak yang belum divaksin, risiko tertular COVID-19 masih tetap tinggi. Selama konfirmasi kasus baru masih ada, meski rendah, fakta tersebut menunjukkan bahwa penularan masih terjadi,” katanya mengingatkan.

Baca juga:  Pohon Beringin di Jaya Sabha Tumbang

Karena itu ia terus mengajak masyarakat untuk membantu menggencarkan vaksinasi lansia, kelompok rentan dan anak, sambil tetap disiplin protokol kesehatan, yakni mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Juga mengimbau untuk mengurangi mobilitas serta menjauhi kerumunan.
“Pandemi masih ada, dia tidak berakhir di kota dan kabupaten kita kalau tidak berakhir di seluruh Indonesia,” tegas Reisa.

Situasi Global

Pandemi belum usai, kata Juru Bicara Pemerintah Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi, juga bisa dilihat dari situasi global saat ini. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) per 26 Oktober 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus dan kematian di tingkat global. “Salah satu yang dianggap mempengaruhi peningkatan kasus tersebut adalah sudah dilakukannya berbagai pelonggaran dan penurunan kepatuhan terhadap protokol kesehatan, seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” jelasnya.

Baca juga:  Gak Selalu Negatif, Ini Sejumlah Dampak Positif Nongkrong di Cafe

Dari situasi tersebut, katanya, Indonesia dapat mengambil pelajaran bahwa vaksin saja belum cukup, melainkan harus diimbangi dengan kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Di tanah air, meski situasi pandemi terkendali, namun hari libur panjang dalam rangka Natal dan Tahun Baru akan segera tiba. “Potensi peningkatan mobilitas pada waktu tersebut, dapat membuka risiko terjadinya lonjakan kasus dan bahkan gelombang ketiga. Kita dapat mencegah potensi lonjakan kasus atau potensi gelombang ketiga dengan menjadikan mobilitas tidak meningkat sampai pada angka 10 persen seperti pada kondisi Nataru 2020 dan pasca Idul Fitri 2021,” sebut Nadia.

Saat ini, menurutnya, terdapat 105 kabupaten/kota di 30 provinsi yang terlihat ada tren peningkatan kasus konfirmasi dalam 7 minggu terakhir. Hal ini tentunya menuntut kewaspadaan bersama, mengingat Indonesia telah berada dalam kondisi terus menekan angka penularan kasus COVID-19 sekaligus menekan jumlah kasus positif pada level serendah mungkin.

Nadia juga terus mengimbau masyarakat untuk tidak ragu dan tidak takut ikut vaksinasi. “Kita bisa akhiri pandemi COVID-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi. Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains,” tutupnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN