Seorang petani menyemprot tanaman padinya di Subak Sempidi, Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Musim hujan sudah memulai dan sangat mempengaruhi kegiatan pertanian baik di lahan sawah maupun non-sawah. Pengamat pertanian yang juga Ketua HKTI Buleleng, Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.M.A., mengungkapkan, pada sistem usaha tani di lahan sawah perlu disiapkan berbagai langkah atau upaya antisipasi oleh subak, pemerintah dan stakeholder lainnya.

Di tingkat pemerintah, kata dia, aspek air irigasi agar dapat diintensifkan dengan berkoordinasi pengelolaan irigasi baik di tingkat jaringan utama maupun tingkat usaha tani atau subak. Pada kondisi ini, informasi mengenai ketersediaan air irigasi harian, mingguan dan bulanan menjadi sangat penting guna kepentingan pengolahan tanah, pola tanam, jadwal tanam dan pemeliharaan tanaman di lahan sawah.

Baca juga:  Ini Alasannya, 3 Pejabat Hasil Lelang Jabatan di Buleleng Tak Juga Dilantik

Gede Sedana yang juga Rektor Dwijendra University dan Ketua Perhepi Bali ini menambahkan informasi tersebut bermanfaat untuk pengendalian daya rusaknya terhadap jaringan irigasi. Pemerintah juga agar memiliki langkah antisipatif terkait dengan ancaman banjir, longsor dan sedimentasi baik di tingkat sungai (bendung), dan jaringan utama, sehingga ketersediaan air irigasi tidak menjadi persoalan bagi subak.

Sementara itu Dinas Pertanian dan jajarannya disarankan agar memberikan informasi mengenai jenis varietas yang  cocok dan memberikan hasil atau produktivitas yang tinggi. “Selain itu, penyuluh pertanian agar memberikan asistensi teknis kepada subak-subak berkenaan dengan teknologi budidaya tanaman yang baik atau good agricultural practices,” tegas Gede Sedana, Sabtu (18/9).

Baca juga:  Hampir Setahun, Petani di Subak Tengaling Tak Bisa Tanam Padi

Bagi subak-subak sebagai pelaku utama dalam implementasi berbagai program pertanian dan irigasi agar menyiapkan diri di dalam penentuan pola tanam dan jadwal tanam dan juga penetapan jadwal pengolahan lahan sawah. Hal ini juga berkaitan dengan distribusi dan alokasi air irgasi.

Dikatakannya, salah satu komponen yang penting dalam pengelolaan usahatani, khususnya usahatani padi adalah ketersediaan sarana produksi di tingkat subak, sehingga tidak terjadi kelangkaan pada saat diperlukan. Oleh karena itu, koordinasi antar sektor dengan subak sangat diperlukan di dalam mengantisipasi musim hujan. (Sueca/balipost)

Baca juga:  Poltekpar Bali Gelar Wisuda XXVII Secara Virtual Bersama Kemenparekraf
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *