Seorang pedagang acung berjalan di Pantai Kuta saat pandemi.COVID-19 melanda. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Deputi Kepala KPw Bank Indonesia Bali Rizki E. Wimanda, Selasa (27/7) mengatakan, sejak awal pandemi, pemerintah membuat berbagai kebijakan untuk pemulihan pariwisata Bali. Baik itu jangka pendek hingga panjang.

Dalam upaya melakukan pemulihan pariwisata jangka panjang, Bali disarankan melakukan refocusing menjadi destinasi turis berkualitas. Ada 4 potensi yang bisa dikembangkan, yakni medis, maritim, MICE, dan nomadic tourism.

Ia menyebutkan di jangka pendek, upaya pemulihan pariwisata dimulai dengan pelaksanaan sertifikasi CHSE, dana hibah pariwisata, dan program work from Bali (WFB). Sertifikasi CHSE untuk usaha pariwisata bertujuan untuk meningkatkan confidence to travel ke Bali.

Hingga saat ini sudah lebih 1.006 usaha pariwisata tersertifikasi. Terdiri dari 743 hotel, 178 restaurant, dan 85 usaha lain. Sedangkan bidang usaha hotel sendiri dibagi menjadi dua yaitu hotel bintang dan non bintang. Sebesar 96 persen hotel bintang telah tersertifikasi atau sekitar 467 hotel dari 484 hotel, dan baru 11 persen hotel non bintang yang tersertifikasi atau sebanyak 276 hotel dari 2.420 hotel.

Baca juga:  30 SMP di Gianyar Masih Laksanakan UNKP

Program WFB yang bertujuan untuk memulihkan pariwisata Bali, membangkitkan kembali UMKM dan ekonomi serta membuat kepercayaan publik terhadap kesiapan pariwisata Bali di era pandemi, telah diikuti 3.312 peserta. Ribuan peserta tersebut terdiri dari Bappenas sebanyak 906 orang, Kemenkumham sebanyak 370 orang, Telkom 237 sebanyak 237 orang, Kominfo sebanyak 198 orang, Kemenhub sebanyak 99 orang, KBUMN sebanyak 75 orang, KLHK sebanyak 46 orang Kemenkes sebanyak 42 orang, Kemenparekraf sebanyak 40 orang, Kemenpan sebanyak 21 orang, Kemendikbud sebanyak 20 orang, BPKM sebanyak 20 orang, lainnya sebanyak 1.238 orang.

Pada tahun 2020, pemerintah juga sudah memberi insentif berupa dana hibah pariwisata sebesar Rp 1,18 triliun yang dapat digunakan Pemda dan pelaku usaha pariwisata (hotel dan restoran). Selain itu, pemerintah juga telah mempersiapkan pembukaan pariwisata mancanegara melalui pilot project “Bali safe travel grand design” dan telah membuat model bisnisnya.

Dalam model bisnis pilot project tersebut, pemerintah sudah menetapkan tiga zona hijau yaitu SUN (Sanur, Ubud, dan Nusa Dua). Adapun target wisman berasal dari UAE dan Singapura. Namun demikian, rencana pembukaan tersebut ditunda seiring dengan peningkatan kasus COVID-19.

Baca juga:  Dua SMA Negeri di Klungkung Ini Masih Kekurangan Murid

Jangka Panjang

Sementara rencana pemulihan jangka panjang, kata Rizki, perlu dilakukan refocusing pariwisata menuju quality tourism, maritime, medical, MICE, dan nomadic tourism. Fokus pariwisata tersebut merupakan pasar pariwisata berkualitas yang potensial dikembangkan di Bali.

Bali potensial dikembangkan menjadi hub wisata kapal pesiar dengan posisinya yang strategis. Upaya ini terlihat dari pembangunan Pelabuhan Benoa sebagai Bali Maritime Tourism Hub.

Pengembangan infrastruktur medical tourism juga perlu dilakukan untuk menuju refocusing pariwisata Bali. Pemerintah sedang menjajaki kerja sama dengan investor pengembang rumah sakit internasional untuk membangun kawasan rumah sakit pendukung medical tourism di Bali.

Sementara saat ini RS yang melayani medical tourism di Bali, diantaranya BROS, RS Siloam, BIMC Kuta, dan BIMC Nusa Dua. Dari sisi produk yang telah ada untuk medical tourism yaitu bedah plastik, bayi tabung, dan perawatan gigi. Negara asal pengguna medical tourism di Bali yaitu China dan Australia.

Baca juga:  Kasus Harian Nasional Terus Melandai, Korban Jiwa Balik ke Puluhan Orang

Pengembangan MICE tourism di Bali, menurut Rizki, tak perlu dilakukan karena Bali telah beberapa kali menjadi tuan rumah event internasional diantaranya KTT G20, IMF WB tahun 2018, KTT APEC 2013 dan pada 2022 Indonesia akan menjadi host KTT G20 dan Bali kembali dipilih sebagai lokasi. Untuk mendukung pengembangan wisata ini, Bali telah memiliki infrastruktur MICE internasional.

Nomadic tourism menjadi tren baru berwisata karena kondisi pandemi. Pandemi ini membuat bekerja jarak jauh semakin populer sehingga nomadic tourist berpotensi semakin meningkat.

Berdasarkan data Clubmed.co.uk di 2021, Jimbaran, Badung, Canggu, Kuta, Badung dan Ubud, Gianyar merupakan tempat yang aman, representatif untuk bekerja dan tempat yang menyenangkan. “Bali juga menjadi world top destination nomadic tourism. Ini menunjukkan potensi Bali sebagai salah satu pasar untuk tren pariwisata ke depan,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Achhhhh kebanyakan ngomong kalian semua, yang penting vokus ajalah VACCINASI semua WARGA…!!! penduduk bali nggak banyak koq..gitu aja kog susah banget sih pak ..?? Setelah semua penduduk divaccin bukalah BORDER, siapa yang belon vaccin nggak boleh masuk. baik dia bangsa sendiri seperti orang jakarta, orang lombok kek dari surabaya kek, pokoknya harus bisa menunjukkan bewijs VACCIN. nggak perlu KARANTINA2 .Yang penting sebelum berangkat diTES sampai ditempat di TES. kalok positive baru di KARANTINA.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *