Seniman tampil dalam PKB di tengah pandemi COVID-19. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Hampir sepekan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLIII tahun 2021 sudah berlangsung. Pelaksanaan pesta seni tahunan ini menjadi ajang pembuktian bahwa semangat para seniman Bali melahirkan karya seni masih sangatlah tinggi pada masa pandemi COVID-19. Dengan kata lain, pandemi tidak menjadi penghalang para seniman dalam berkesenian.

Namun yang lebih penting dari itu adalah, berkesenian di masa pandemi harus tetap mengutamakan kesehatan dan keamanan. Artinya, di satu sisi, fisik tetap bugar dan aman dari paparan COVID-19. Di sisi lain berkesenian tetap bisa jalan, walaupun tidak seleluasa sebelum pandemi.

Jadi, apa yang dirancang panitia PKB dengan menggelar pesta seni ini secara hybrid atau daring dan luring, sudah sangat tepat. Pagelaran yang berpotensi menimbulkan kerumunan sudah dirancang secara daring. Sedangkan pagelaran yang dipentaskan secara live di Taman Budaya Bali, Art Center Denpasar, menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat dan penontonnya dibatasi.

Baca juga:  Menuju Endemi, Masyarakat Harus Pahami Konsep Segitiga Epidemi COVID-19

Memang prokes mendapat perhatian serius panitia PKB 2021 seperti disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof. Dr. I Gde Arya Sugiartha baru-baru ini. Semua seniman yang terlibat dalam PKB dipastikan sudah divaksin. Sebelum pagelaran dimulai, mereka dirapid antigen guna memastikan aman dari Covid-19.

Pintu masuk Taman Budaya saat pagelaran dilengkapi alat cuci tangan, hand sanitizer, dan alat pengukur suhu tubuh. Seniman yang tampil juga memakai alat pelindung wajah atau face shield agar aman dari paparan COVID- 19.

Tentu kita berharap PKB yang dirancang secara hybrid dengan penerapan prokes secara ketat dan terukur ini tidak menimbulkan klaster baru penyebaran COVID-19. Terlebih belakangan muncul varian baru yang kasusnya berkembang di sejumlah daerah di Indonesia.

Baca juga:  Maknai Perayaan Galungan Saat Pandemi dengan Kesederhanaan

Karena itu penerapan prokes adalah suatu keharusan selain vaksinasi. Dengan demikian tambahan kasus baru COVID-19 di Bali bisa satu digit bahkan zero, sehingga rencana open border pariwisata internasional dan pembelajaran tatap muka (PTM) bisa terlaksana.

Tantangan Tersendiri

Berpesta seni di masa pandemi memang menjadi tantangan tersendiri. Seniman dituntut bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kendati demikian, karya-karya yang dihasilkan para seniman mesti tetap membanggakan dan inovatif.

Soal karya inovatif, Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana mengakui itu telah tampak dalam PKB kali ini. Mantan Kadisbud Bali ini mengatakan karya seni yang ditampilkan telah disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19, namun tetap metaksu.

Kata Kun, hal ini membuktikan bahwa para seniman di Bali ternyata telah beradaptasi dan menjadikan situasi pendemi sebagai kebiasaan baru dalam menghasilkan kreativitas seni yang inovatif.

Baca juga:  Sediakan Pasar Khusus untuk Perajin dan Petani

Seperti diberitakan, Presiden Joko Widodo membuka PKB ke-43 secara virtual dari Istana Negara, Sabtu (12/6) lalu. Penyelenggaraan acara yang melibatkan ribuan seniman dari berbagai komunitas, tetap menerapkan prokes secara ketat dan terukur. Pandemi Covid-19 tidaklah menjadi penghalang bagi masyarakat Bali dalam berkesenian.

Presiden Jokowi menyampaikan penyelenggaraan PKB ke-43 ini merupakan bukti bahwa dalam tekanan pandemi yang sangat berat, kreativitas dan produktivitas masyarakat Bali tetap tumbuh dan tampil dengan cara-cara baru untuk terus mewarnai panggung seni dunia.
Presiden Joko Widodo turut mengapresiasi upaya pemerintah daerah, para seniman, dan seluruh masyarakat Bali yang mampu untuk terus berkarya, mengekspresikan seni, dan terus mengembangkan estetika dan tradisi adiluhung kebudayaan Bali dengan tetap menerapkan prokes ketat dan terukur. (Subrata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *