JAKARTA, BALIPOST.com – Aktivitas kegempaan di pesisir Jawa di bulan ini mengalami peningkatan secara signifikan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemerintah daerah di sepanjang pesisir selatan Jawa untuk mewaspadainya.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, data yang dimiliki badan tersebut, kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, pada bulan Mei 2021 terjadi peningkatan signifikan atas kejadian gempa di pesisir selatan Jawa. Ini setelay guncangan gempa yang terjadi pada bulan April lalu di selatan Jawa Timur.

“Ini harus dibuka, ini bukan data rahasia, dan kami mohon dengan informasi ini, terutama pemerintah daerah di wilayah sepanjang pesisir Jawa maupun provinsi yang memiliki pesisir selatan, perlu mewaspadai aktivitas kegempaan yang signifikan,” kata Dwikorita dalam konferensi pers daring di Jakarta, Jumat malam (21/5).

Baca juga:  Jadi Ketua Komisi III DPR, Kahar Bantah akan Amankan Perkara Hukum Novanto

Dwikorita juga memohon agar pemda segera memastikan konstruksi bangunan yang berada di pesisir selatan Jawa. Terutama fasilitas publik, seperti gedung sekolah dan perkantoran apakah sudah sesuai dengan standar bangunan tahan gempa.

Hal tersebut dimaksudkan sebagai langkah antisipasi peningkatan kejadian gempa bumi, yang berdasarkan sejarah kegempaan di wilayah tersebut dapat melampau magnitudo 6 dan berpotensi tsunami. Kedatangan gempa besar tersebut, kata Dwikorita, tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Namun, hal itu tidak perlu ditanggapi dengan kepanikan.

Baca juga:  Naik Lagi, Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Masih di Atas 4.000

Menurut dia, segera mempersiapkan bangunan yang cukup kuat terhadap gempa. “Gempa ini merupakan alarm untuk kita segera menyiapkan aspek keselamatan bangunan dan evakuasi apabila skenario terburuk terjadi,” ujarnya.

Sebelumnya, gempa di tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada hari Jumat pukul 19.09 WIB terjadi akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam Lempeng Eurasia,” kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan tertulis yang diterima.

Baca juga:  Indonesia Tangani 227 Kasus COVID-19 dengan 19 Kematian, Ini Rinciannya

BMKG semula menyatakan gempa yang pusatnya berada di laut sekitar 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar di kedalaman 110 kilometer itu magnitudonya 6,2. Namun, kemudian memutakhirkannya menjadi 5,9.

Menurut hasil monitoring BMKG, hingga pukul 20.00 WIB terjadi dua kali gempa bumi susulan. Gempa tersebut bermagnitudo 3,1 dan 2,9. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *