Ilustrasi. (BP/Istimewa)

NEW DELHI, BALIPOST.com – Lonjakan kasus COVID-19 belum mereda di India. Bahkan negara ini mengalami rekor hari ketiga 131.968 infeksi COVID-19 pada Jumat (9/4), data Kementerian Kesehatan menunjukkan.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, kematian COVID-19 juga mengalami peningkatan, yakni 780 menjadi 167.642 jiwa. Secara keseluruhan, infeksi COVID-19 di India mencapai 13,06 juta kasus, tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Brazil.

India sedang mengandalkan vaksinasi COVID-19 untuk membantu menekan rekor lonjakan kasus pada gelombang kedua.

Baca juga:  Situasi Sedang Pandemi, Nyepi Kali Ini Diminta Tak Ada Pemutusan Internet

Namun, dengan adanya perkembangan baru dari AstraZeneca, panel pakar pemerintah sedang menyelidiki kasus pembekuan darah dalam negeri, bahkan kasus ringan, sebagai efek samping dari dua vaksin COVID-19 yang diberikan di India, harian Mint mengutip keterangan dua sumber yang mengetahui perkembangan tersebut, Jumat.

India saat ini sedang memberikan vaksin COVID-19 AstraZeneca, yang diproduksi oleh Serum Institute dan dinamai merek Covishield. Negara itu  juga sedang mengembangkan vaksin buatan Bharat Biotech, yang disebut COVAXIN.

Baca juga:  Hanya Satu Zona Orange Laporkan Tambahan Warga Tertular COVID-19 Capai Puluhan

Ulasan itu muncul setelah regulator Eropa pada Rabu (7/4) mengatakan pihaknya menemukan kemungkinan kaitan antara vaksin AstraZeneca dan kasus pembekuan darah yang langka pada orang dewasa penerima vaksin, meski regulator tersebut menambahkan bahwa manfaat vaksin masih lebih besar ketimbang risikonya.

India sedang mengandalkan vaksinasi untuk membantu menekan rekor lonjakan kasus pada gelombang kedua. Negara itu melaporkan rekor 126.789 kasus COVID pada Kamis (8/4).

Baca juga:  Tiga Terpidana Skimming dan 38 Napi Lainnya Bebas Hari Ini

“Kami sedang melihat efek samping pembekuan darah yang nampak pada penerima vaksin Covishield dan Covaxin, bahkan jika itu kasus ringan,” kata salah satu sumber kepada Mint, yang menambahkan bahwa laporan mengenai pengkajian itu kemungkinan akan siap pekan depan.

Menyusul peringatan regulator Eropa, sejumlah negara mengumumkan pembatasan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca pada kaum muda. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *