Orang-orang yang memakai masker berjalan di kawasan CBD Melbourne di Victoria, Australia, pada 19 Oktober 2020. (BP/Antara)

MELBOURNE, BALIPOST.com – Negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, kembali mengunci wilayahnya pada Sabtu (13/2). Jangka waktu penguncian kali ini lebih pendek dibandingkan sebelumnya, yakni selama lima hari.

Dikutip dari Kantor Berita Antara, pihak berwenang berpacu mencegah gelombang ketiga kasus COVID-19 yang dipicu oleh varian Inggris yang sangat mudah menular. Satu kasus baru yang didapat secara lokal dikonfirmasi dalam 24 jam terakhir, kata otoritas kesehatan Victoria pada Sabtu.

Ini, mengakibatkan jumlah kasus aktif di negara bagian itu menjadi 20. “Banyak orang akan kesal hari ini. Ini bukan posisi yang diinginkan warga Victoria, tapi saya tidak dapat mengalami situasi di mana dalam waktu dua minggu, kami melihat ke belakang dan berharap kami telah mengambil keputusan ini sekarang,” kata Kepala Pemerintahan Victoria Daniel Andrews.

Baca juga:  Tiga Varian COVID-19 Jadi Perhatian Indonesia

Andrews mengatakan Perdana Menteri Scott Morrison telah setuju untuk menghentikan semua penerbangan internasional ke Melbourne hingga Rabu, setelah lima penerbangan dalam perjalanan, dengan sekitar 100 penumpang, mendarat pada Sabtu. Klaster yang memicu pembatasan baru ini  erasal dari hotel karantina di Bandara Melbourne.

Jalan-jalan di pusat kota Melbourne, ibu kota negara bagian itu, dan pinggirannya hampir kosong pada Sabtu pagi. Orang-orang diperintahkan untuk tinggal di rumah kecuali berbelanja kebutuhan pokok, dua jam olahraga di luar ruangan, pengasuhan, atau pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dari rumah.

Baca juga:  Pandemi, Inflasi, dan Daya Beli

Turnamen Australia Terbuka, acara tenis Grand Slam pertama tahun ini yang berlangsung hingga 21 Februari, terus berlanjut. Tetapi penggemar dilarang sampai Rabu.

Ribuan orang terpaksa meninggalkan pertandingan di pertengahan sebelum tengah malam pada Jumat. Penguncian, yang telah menutup restoran dan kafe untuk semua kecuali untuk pesan dibawa pulang, terjadi tepat ketika Melbourne bersiap untuk akhir pekan terbesar dalam hampir satu tahun, dengan perayaan Tahun Baru Imlek, Hari Valentine, dan Australia Terbuka.

Melbourne tahun lalu mengalami penutupan selama 111 hari, salah satu yang paling ketat dan terpanjang di dunia saat itu. Saat itu untuk membendung wabah virus corona yang menyebabkan lebih dari 800 kematian.

Baca juga:  Dari Disinyalir Ada Sekolah di Badung Gelar PTM hingga Zona Merah Ini, Sumbang Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Terbanyak

“Ini akhir pekan tersibuk tahun ini bagi kami. Saya duduk di sini, melakukan 178 panggilan telepon yang memilukan untuk melihat apakah saya dapat membuat mereka memesan ulang,” kata Will Baa, pemilik Lover, sebuah restoran di distrik trendi Windsor.

“Ini cukup menghancurkan jiwa. Tapi kami tangguh. Semoga itu hanya berlangsung dalam waktu singkat lima hari,” katanya.

Secara lebih luas, Australia dinilai paling sukses di dunia dalam mengatasi pandemi. Sebagian besar karena penguncian yang menentukan dan perbatasan yang ditutup untuk semua kecuali beberapa pelancong. Dengan jumlah penduduk 25 juta, telah terjadi sekitar 22.200 kasus komunitas dan 909 kematian. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *