Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap I dan II belum efektif menekan penyebaran COVID-19 di Bali. Bahkan, kasus hariannya belum menunjukkan penurunan yang signifikan.

Oleh karenanya, kini Bali melaksanakan PPKM Mikro berbasis Desa/Kelurahan dengan mengaktifkan Satuan Tugas (Satgas) Gotong Royong Penanganan COVID-19 berbasis Desa Adat hingga 22 Februari mendatang. “PPKM berbasis mikro ini diharapkan dapat menjadi solusi (menekan penyebaran COVID-19, red), sepanjang hal itu dapat mengatasi problem-problem masyarakat yang terdampak paling kuat oleh COVID-19 ini,”ujar akademisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. Drs. A.A. Gede Oka Wisnumurti, M.Si., Selasa (9/2).

Baca juga:  Punya Haluan Pembangunan 100 Tahun, Megawati Minta Daerah Lain Tiru Bali

Ketua Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali selaku Badan Hukum Penyelenggaran Pendidikan Tinggi Unwar ini, menilai kejenuhan masyarakat dalam menyikapi penerapan protokol kesehatan (Prokes) menyebabkan kurang efektifnya pelaksanaan PPKM tahap I dan II di Bali dalam menekan penyebaran COVID-19. Dikatakan, masyarakat jenuh karena pandemi COVID-19 yang berkepanjangan dan belum ada kepastian kapan akan berakhir.

Selain itu, Bali dikenal kental dengan upacara keagamaan, yang sarat dengan konsep menyama braya (gotong royong). Sehingga, kegiatan-kegiatan komunal secara rutin dilakukan, utamanya dalam kegiatan sosial keagamaan yang sulit dikendalikan untuk menghindari kerumuman. Meskipun, sudah ada pembatasan sosial.

Baca juga:  Satpol PP Awasi Ketat Penerapan PPKM Darurat

“Panjangnya masa pandemi dan ketidakpastian kapan akan berakhir menjadi beban, tidak saja pada aspek kesehatan juga yang terberat aspek ekonomi masyarakat yang mengharuskan mereka berusaha untuk mengatasi problem ekonomi dengan melakukan aktivitas bekerja, dan ini juga menjadi rentan penularan COVID-19,” tandas Wisnumurti.

Tidak hanya itu, hal yang sama juga dialami oleh para petugas Satgas yang membutuhkan dukungan dalam melaksanakan tugasnya. Apalagi, merubah sikap dan perilaku komunal memang perlu konsisten dan berkelanjutan melalui kontrol dan pengawasan yang ketat, salah satu faktornya adalah menginternalkan sikap dan prilaku dengan standar kesehatan. “Inilah faktor penyebab utamanya, menjadikan budaya hidup sehat dengan disiplin dari dalam diri itulah yang secara terus menerus diupayakan,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Penyaluran KUR di Sektor Perikanan Masih Minim
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *