RSU Bangli. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Limbah medis yang dihasilkan Rumah Sakit Umum (RSU) Bangli meningkat hingga 35 persen sejak pandemi COVID-19. Pengelolaan limbah medis selama ini dilakukan RSU Bangli bekerjasama dengan pihak ketiga di Surabaya.

Kabid Sarana dan Prasarana RSU Bangli Cok Gede Agung Panji Senin (1/2) mengatakan, sebelum pandemi COVID-19, limbah medis yang dihasilkan RSU Bangli rata-rata 2.700-2.800 kilogram dalam sebulan. Jumlah tersebut kemudian mengalami kenaikan hingga 25-35 persen sejak adanya wabah COVID-19.

Dia menyebutkan, pada Desember misalnya, limbah medis yang dihasilkan di RSU Bangli mencapai 2.939 kilogram.

Baca juga:  Karya Agung Danu Kertih Digelar 7 November

Kenaikan volume limbah medis disebabkan karena banyaknya penggunaan alat pelindung diri (APD) sekali pakai dalam penanganan COVID-19. Seperti baju, kacamata, masker dan lainnya.

Selain itu, kenaikan terjadi karena sejak pandemi COVID, sampah medis seperti infus tidak dilakukan pemilahan terlebih dahulu. “Kalau dulu sebelum COVID, ada semacam pemilahan sampah yang berupa infus. Kami punya staf di belakang, jadi cairan sisa infusnya dibuang ke tempat khusus. Biar tidak terlalu berat sampahnya saat ditimbang. Sekarang karena COVID, tidak berani lagi seperti itu karena berbahaya sekali. Sampah dari ruangan langsung dipacking tidak boleh dibuka lagi,” jelasnya.

Baca juga:  RSU Bangli Terus Tambah Gedung Baru

Pengelolaan limbah medis di RSU Bangli, kata Cok Panji, selama ini sudah dilakukan dengan profesional. RSU Bangli melibatkan petugas kebersihan khusus.

Limbah medis yang dihasilkan diangkut menggunakan kontainer setiap 4 hari sekali untuk dikirim ke Surabaya. “Kami juga difasilitasi oleh pihak ketiga, dengan diberikan kardus, tong sampah, biar gampang mengangkutnya. Jadi sejauh ini walaupun volume sampah naik, belum ada masalah. Sampah tetap terangkut dan terkelola dengan baik,” katanya.

Hanya saja dari segi biaya, diakui Cok Panji, pihaknya di RSU Bangli harus mengeluarkan biaya lebih banyak. Sebagaimana kesepakatan dengan pihak ketiga, bahwa RSU Bangli harus membayar Rp 25 ribu per satu kilogram sampah.

Baca juga:  Anjing Diduga Rabies Gigit Tiga Warga di Banjar Tangkas

Di tahun 2020, RSU Bangli menganggarkan biaya penanganan limbah medis Rp 800 juta. Sedangkan di 2021 anggaran yang disiapkan sementara baru Rp 500 juta. “Karena kami ada MoU, jadi kalau anggaran tidak mencukupi, nanti di perubahan kami tambah lagi,” ungkapnya.

Sedangkan untuk limbah medis cair, selama ini dikelola melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL). “Sejauh ini tidak ada masalah. Rutin kami lakukan pemeliharaan,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *