I Ketut Kaler menunjukan buah cabainya yang busuk di pohon. (BP/Ina)

BANGLI, BALIPOST.com – Petani cabai di Subak Gede Tanggahan Peken, Desa Sulahan, Susut merugi. Hal ini karena akibat guyuran hujan. Buah cabai yang sudah siap panen pun menjadi rusak dan busuk. I Ketut Kaler, petani di subak Gede Tanggahan Peken mengakui, di musim hujan ini petani harus menanggung kerugian hingga Rp 15 juta lantaran semua tanaman cabainya gagal panen.

Dia mengungkapkan, lahan seluas 20 are miliknya ditanam 5 ribu batang tanaman cabai jenis merah besar. Tanaman cabainya saat ini sudah berumur sekitar 3 bulan dan siap panen. Namun di tengah naiknya harga cabai di tingkat petani mencapai Rp 45 ribu per kilogram, justru petani harus menanggung rugi yang tidak sedikit. Seluruh tanaman cabainya yang sudah berbuah dan siap panen kondisi buahnya rusak dan membusuk. “Sama sekali tidak bisa dijual,” ungkapnya, Minggu (13/12).

Baca juga:  Gabung Timnas, Spaso Tunggu Kedatangan Ibu

Penyebab buah cabainya busuk karena cuaca buruk. Sejak beberapa bulan terakhir, tanaman cabainya terus menerus diguyur hujan. “Karena hujannya pagi malam, jadi terus terendam air sehingga buahnya busuk kena antrak,” katanya.

Tak hanya dirinya, sejumlah petani lain di Subak Gede Tanggahan Peken juga dikatakan mengalami kondisi serupa. Dari Sekitar 200 hektar luas lahan pertanian di Subak Gede Tanggahan Peken, ada sekitar 2 hektar lahan yang berisi tanaman cabai. “Kondisinya sama seperti saya. Tidak bisa panen,” terangnya.

Baca juga:  TPS 05 Dauh Puri Jadi Lakukan PSU, Hanya untuk Pilpres

Kalau saja cuaca bagus, dari 5 ribu batang tanaman cabainya, Kaler memperkirakan bisa mendapat hasil panen sebanyak 10 ton. Hitungannya, satu batang tanaman cabai bisa menghasilkan 2 kilogram cabai. “Kalau saya boleh pilih lebih baik dapat harga jual Rp 10 ribu dari pada harga jual mahal seperti sekarang tapi hasil produksi tidak bisa dijual,” imbuh Kaler. (Dayu Rina/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *