I Made Gde Putra Wijaya. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap 20 November masyarakat Bali memperingati Hari Puputan Margarana yang merupakan pertempuran heroik para pejuang menghadapi penjajah. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raga demi harga diri Tanah Air, demi kemerdekaan Indonesia.

Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda dalam masa perang kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel, I Gusti Ngurah Rai.

Baca juga:  Petani Muda Bali Perlu Bergabung Garap Ketahanan Pangan

Pada peringatan Puputan Margarana, Jumat (20/11), Ketua Pemuda Panca Marga (PPM) Provinsi Bali, I Made Gde Putra Wijaya mengajak generasi muda menumbuhkan jiwa kepahlawanan dalam sanubari masing-masing. Ia meminta jangan pernah lengah, karena sejatinya penjajah selalu mengintai kapanpun dan dimanapun.

Hanya saja, kata dia, bentuk penjajah berubah-ubah. “Kalau dulu pendahulu kita dijajah oleh Belanda dan Jepang. Ciri fisik musuh gampang dikenali. Nah kalau sekarang, penjajah itu kasat mata, sehingga saya meminta generasi muda sebagai penerus dan pengisi kemerdekaan jangan pernah lengah,” pinta Putra Wijaya.

Baca juga:  Perayaan HUT ke-70 Republik Rakyat Tiongkok Berlangsung Meriah

Putra Wijaya, merinci bentuk penjajah modern, seperti virus corona (Covid-19), kecanggihan teknologi, penyalahgunaan narkoba, kemiskinan, kebodohan, seks bebas dan hal negatif lain. Jika merujuk konteks kekinian, menurutnya, orang yang membantu pencegahan Covid-19 juga tergolong pahlawan.

Oleh karena itu, dalam memerangi Pandemi Covid-19, pemuda Bali diharapkan berperan untuk mengedukasi masyarakat agar taat dalam menerapkan protokol kesehatan (Prokes) Covid-19. Sebab, hanya dengan taat Prokes, penyebaran pandemi Covid-19 dapat di tekan. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Masyarakat Jenuh dengan Janji-janji Manis
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *