Pengamat seni Nicolaus F Kuswanto (kanan) dan perupa Sujana Kenyem. (BP/Istimewa)

GIANYAR, BALIPOST. com. – Para perupa Bali diharapkan tetap semangat dalam berkarya pada masa pandemi Covid-19. Sehingga bisa menghasilkan karya-karya berkulitas. Kemudian, karya-karya tersebut bisa dishare kepada pecinta atau penikmat seni, sehingga ruang apresiasi seni pada masa pandemi, selalu ada dan tetap terjaga.

Harapan itu disampaikan pengamat seni Nicolaus F Kuswanto, Jumat (5/11) di Art Kenyem Studio, di bilangan Banjar Kutuh, Desa Sayan, Ubud, Gianyar. Pemilik Gallery Zen1 di Kuta itu mengatakan, pada masa pandemi ini para pecinta seni tentu memiliki waktu yang luang dalam mengapresiasi seni, karena lebih banyak berada dan bekerja dari rumah. “Teruslah berkarya dan menggali ide-ide baru sesuai irama batin, sehingga menghasilkan karya yang mencengangkan,” ujarnya.

Baca juga:  Untuk Pungut Retribusi, Pemkab Tabanan Mulai Perpanjang Jam Buka Pasar

Tentu, dalam berkarya, perupa juga ikut membantu memutus rantai penyebaran virus Corona. Jika perupa melakukan pameran, harus taat pada prosedur penanggulangan Covid-19.

Demikian juga jika menghadirkan penikmat seni di studio atau galerinya, mesti selalu menerapkan prokes yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak (3 M).

Sementara itu salah satu perupa kenamaan Bali, I Nyoman Sujana Kenyem menyampaikan, pada masa pandemi ini pihaknya selalu berkarya dan berupaya menghasilkan karya- karya baru. Baginya, pandemi tentu tak menjadi kendala berarti dalam berkarya.

Baca juga:  WTP 6 Kali Berturut-Turut, Kualitas Tata Kelola Keuangan Didorong Meningkat

Terlebih pihaknya lebih banyak berkarya di studio. Tentu, dalam berkarya, pihaknya juga menerapkan protokol kesehatan, sehingga rantai penyebaran Covid-19 bisa terputus. Ia berharap pandemi segera berlalu, sehingga even-even seni rupa, seperti pameran bisa kembali dilaksanakan seperti pada masa-masa sebelum pandemi.

Dikatakan, selama ini para perupa tetap membuka ruang apresiasi dengan menggelar pameran virtual atau online yang konsepnya sama dengan pameran offline. Ada kuratorialnya. Bedanya, cuma karya seni tidak bisa dilihat secara langsung seperti pameran offline. Tetapi, itulah tantangan yang mesti dijawab di masa pandemi ini, sehingga perupa tetap bisa survival. (Subrata/balipost)

Baca juga:  "Taxidi 18", Sujana Kenyem Konsisten Imajinasi Alam
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *