Arya Wedakarna. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah pernyataan Anggota DPD RI Arya Wedakarna (AWK) telah menuai kontroversi di masyarakat. Antaralain menyangkut isu seks bebas dan ajakan memakai kondom, isu champione, isu Nusa Penida, isu planet dewa, dan isu Hare Krisna.

AWK bahkan sampai didemo yang berujung pada insiden pemukulan pada kepalanya. Senator Bali itupun sudah langsung melapor ke Polda Bali.

Dalam konferensi pers di Kantor DPD RI, Jumat (30/10), AWK menyebut yang menjadi cikal bakal dari permasalahan adalah terkait dengan adanya pemotongan video. “Apapun yang menjadi viral saat ini, itu adalah video lama yang disampaikan dalam acara resmi,” ujarnya.

Baca juga:  Inmendagri No. 57 Dikeluarkan, PPKM Jawa-Bali Lanjut dengan Pelonggaran Syarat Perjalanan Udara

Menurut AWK, saat itu ia sedang bertugas menjadi anggota DPD RI. Video itu pun sudah lama diunggah, diperkirakan tahun 2017 atau 2018.

AWK juga menyinggung soal motif orang yang telah memotong videonya lalu mengunggah ke media sosial. Masyarakat biasa disebut tidak akan tega dan memiliki niat untuk memotong videonya, misalkan dari durasi 1 jam menjadi hanya 3 menit, 1 menit atau 5 menit.

Kecuali, orang atau kelompok orang itu memiliki suatu tendensi politik. Mengingat, memotong suatu video itu membutuhkan skill dan niat. “Ketika tim humas kami membuka video-video yang asli, masyarakat akhirnya menjadi tercerahkan. ‘O.. Kalau dilihat pidatonya ajik Wedakarna secara utuh, apa yang disampaikan ya biasa-biasa saja’,” paparnya.

Baca juga:  Perjuangan SJB Berujung Turunnya Dirjenpas Kemenkumham ke Bali

Menurut AWK, pemotongan video yang dialaminya bisa terjadi pada setiap warga negara. Bahkan sudah dialami sejumlah tokoh nasional seperti Ahok, Puan Maharani, hingga Megawati Soekarnoputri.

Padahal, apa yang disampaikannya hanya mengikuti peraturan perundang-undangan. Terkait seks bebas dan ajakan memakai kondom misalnya, ia mengklaim hanya mengamankan PP No. 87 Tahun 2014 yang didalamnya ada imbauan dan perintah negara menyangkut pencegahan HIV/AIDS.

“Aktornya sama, orang Bali itu nggak mungkin motong. Sudah sibuk upacara, sibuk cari pangupa jiwa (saat) pandemi, nggak ada niatan dan kita ketahui ini provokatornya pintar, di masa pandemi tidak ada pekerjaan, orang jelas fokus kepada sosial media,” terangnya.

Baca juga:  Stok Bulog Bali Cukup hingga Akhir Tahun

Sosial media inilah, lanjut AWK, dimanfaatkan oleh provokator dan fake account. Lebih lanjut dikatakan terkait masalah pemotongan video, AWK mengaku sudah menemukan provokatornya.

Provokator itu akan dilaporkan karena memiliki tendensi. “Semeton boleh amati, yang memasalahkan saya ini banyak diantara mereka yang dulu mantan kompetitor saya di Pemilu,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *