Wagub Cok Ace menghadiri acara Simakrama Kepariwisataan Dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru kerjasama Pemprov Bali dengan Kemenparekraf RI dan stakeholder pariwisata di Kuta, Badung, Jumat (23/10). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Wisatawan saat ini cenderung mencari destinasi yang aman dan disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan ketat. Setelah memastikan hal itu, barulah mereka akan memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata.

Terkait hal ini, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pun mengajak seluruh stakeholder pariwisata di Bali untuk bekerjasama dalam meningkatkan dan disiplin menerapkan protokol kesehatan. “Jangan sampai hanya karena satu atau dua tempat wisata yang melanggar protokol kesehatan, hal tersebut diexpose oleh media dan membuat ketidakpercayaan masyarakat domestik maupun internasional berkunjung ke Bali,” ujarnya di Kuta, Badung, Jumat (23/10).

Baca juga:  Indonesia Kembali Laporkan Puluhan Kasus Omicron Baru

Menurut pria yang akrab disapa Cok Ace ini, penting menjaga kepercayaan masyarakat bahwa Bali mampu menerapkan CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, Environment) di dunia pariwisata.

Sementara itu, Duta Besar RI Untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun melalui zoom meeting mengatakan, kasus COVID-19 di Tiongkok saat ini sudah menurun signifikan. Dari total 1,46 miliar penduduk Tiongkok, kini hanya ada 400an kasus.

Di beberapa provinsi bahkan sudah tidak ada peningkatan kasus lagi. “Selain memang sudah ada vaksin, juga dikarenakan tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan CHSE,” ujarnya.

Baca juga:  Indeks Keyakinan Konsumen Membaik

Menurut Djauhari Oratmangun, China juga menerapkan sanksi hukum dan sosial jika ada masyarakat yang melanggar protokol kesehatan. Hal ini diharapkan menjadi pelajaran bagi Indonesia, termasuk Bali untuk turut menerapkannya.

Mengingat, kepercayaan masyarakat internasional terkait kesiapan protokol kesehatan sangat penting. “Saat ini pergerakan ekonomi di China sudah cukup signifikan pergerakannya, hal tersebut karena pemerintah membuka pintu domestik walaupun masih dalam penentuan jumlah lalu lintas orangnya,” imbuhnya.

Baca juga:  2021, Pariwisata Bali akan Fokus Hal Ini

Menurut Djauhari Oratmangun, perjalanan domestik yang dilakukan di China bisa diterapkan juga di Indonesia. Tapi dengan catatan, disiplin dalam penerapan CHSE. Bali khususnya, sebagai jendela pariwisata diharapkan dapat menjaga kepercayaan masyarakat dunia dalam penerapan CHSE. “Sehingga pariwisata Bali bisa segera bangkit,” jelasnya.

Lebih lanjut dikatakan, China memang sudah membuka international border. Namun hanya sebatas untuk kepentingan khusus semata dan bukan untuk wisatawan. Pembukaan pariwisata internasional di China masih menunggu waktu, dengan melihat perkembangan kasus yang ada di dunia. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *