I Gusti Ayu Aries Sujati. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Rasa ketakutan tak dipungkiri selalu muncul di benak masyarakat dengan adanya pandemi COVID-19. Tidak terkecuali di Bali, terutama sejak wabah penyakit ini muncul di Pulau Dewata bulan Maret lalu.

Masyarakat umumnya takut tertular virus yang hingga kini memang belum ada vaksin dan obatnya itu. “Melihat berita-berita yang ada di Wuhan, kita jadi takut sekali. Dari pemerintah sudah berusaha sekuat mungkin dengan membentuk Satgas COVID-19 dan melakukan realokasi/refocusing anggaran,” ujar Anggota Komisi IV DPRD Bali, I Gusti Ayu Aries Sujati dikonfirmasi, Rabu (21/10).

Ternyata, lanjut Aries, penyebaran Covid-19 hanya dapat diputus dengan menerapkan protokol kesehatan 3M. Yakni, memakai masker, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menghindari kerumunan dan menjaga jarak.

Baca juga:  Kampus Mesti Jadi Teladan Ubah Laku

Hal sederhana inilah yang justru mampu mencegah penularan Covid-19. Dengan memakai masker misalnya, dapat melindungi diri sendiri sekaligus orang lain dari percikan droplet yang mengandung virus. “Kemudian dengan menjaga jarak minimal 1,5 meter, tentunya penyebaran virus dapat dikurangi dan virus itu larut saat mencuci tangan dengan sabun di air mengalir,” jelas Politisi PDIP ini.

Oleh karena itu, Aries meminta masyarakat agar rutin mencuci tangan setiap kali melakukan kegiatan apapun. Kalau bisa, jangan sampai menyentuh wajah karena berpotensi membawa virus masuk ke saluran pernafasan melalui mata, hidung dan mulut.

Baca juga:  COVID-19 Masih Merebak di Indonesia, Ini Kata Puan Maharani

Protokol kesehatan 3M harus diterapkan dengan ketat dan disiplin supaya kasus Covid-19 di Bali bisa melandai. Mengingat, Pemprov Bali dan kabupaten/kota telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk penanganan Covid-19.

Salah satunya disalurkan lewat desa adat. “Protokol kesehatan 3M harus tetap dilakukan. Apalagi dengan Pergub 46, ada denda masker. Itu sebenarnya memicu masyarakat agar tetap memakai masker. Jadi bukan untuk meminta uang denda,” paparnya.

Aries pun memberi penekanan bagi masyarakat yang masih meboya. Mereka dikatakan berpeluang menjadi OTG (orang tanpa gejala) dan bisa menularkan virus kepada orang-orang terdekatnya. Jangan menunggu sampai salah satu anggota keluarga tertular Covid-19 dari mereka, baru percaya bahwa virus itu ada.

Baca juga:  Jangan Emosi, Taati Aturan Prokes dari Diri Sendiri

Apalagi, virus menjadi sangat berbahaya jika mengenai kelompok rentan seperti orang-orang tua atau berusia lanjut serta orang yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan. “Memang kalau mereka hanyalah OTG, tidak akan percaya. Tapi ketika ibunya yang imunnya sudah tidak bagus lagi, atau siapapun keluarganya (tertular, red), baru mereka akan percaya,” imbuhnya.

Menurut Aries, hal ini sangat riskan. Kenapa masyarakat harus percaya setelah ada korban jiwa. Padahal sebenarnya sudah banyak ada korban jiwa Covid-19 di Bali dan Indonesia, yang jumlahnya bahkan melebihi negara-negara lain. “Marilah kita tetap melaksanakan protokol 3M, itu saja,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *