Aksi damai Forkom Taksu Bali di halaman Bajra Sandi, Denpasar (3/8) untuk PHDI mencabut Hare Khrisna dari naungan PHDI. (BP/Eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Ratusan Krama Bali dan Forum Komunikasi (Forkom) Taksu Bali menggelar aksi damai di halaman monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandi, Denpasar, Senin (3/8). Aksi ini bertujuan meminta pencabutan pengayoman Dirjen Bimas Hindu terhadap aliran kepercayaan Hare Krisna.

Mereka meminta aliran tersebut keluar dari payung Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). Menurut koordinator aksi dilapangan (Korlap) I Putu Agus Yudiawan, perkembangan kepercayaan ini di Bali begitu masif, yang ajarannya mengacu pada kitab Bhagawadgita versi Prabupada.

Baca juga:  Kedepankan Kualitas Yadnya Dibandingkan Kuantitas

Untuk diketahui bahwa versi ini berbeda dan tidak menerima versi lainnya. Sedangkan Hindu di Bali menerima segala saduran Weda, termasuk Bhagawadgita.

“Mereka Hare Khrisna hanya berdasarkan Bhagawadgita tersebut, dan ajarannya sangat bertentangan dengan Hindu Bali. Ini yang membuat kita harus teriak, tidak diam-diam saja. Seolah-olah selama ini ada pembiaran terhadap berkembangnya Hare Khrisna di Indonesia, terutama di Bali,” terang Yudiawan.

Baca juga:  Meninggal Positif COVID-19, PHDI Minta Jangan "Merebut Bangke"

Perkembangan ajaran ini menimbulkan kecemasan di masyarakat, yang dikarenakan sekitar lima puluh persen ajaran, ritual, teologi, dan filsafatnya berbeda dengan Hindu di Bali. Seperti halnya Hindu di Bali memuja leluhur dan ista dewata, sedangkan Hare Khrisna tidak.

Yudiawan menambahkan bahwa aksi yang digelar ini, merupakan aksi damai. Dengan maksud mendukung PHDI yang pro dengan ajaran agama Hindu, dan mereformasi yang tidak mendukung.

Baca juga:  Canang Sari Masuk 10 Besar di SBH, Ketua PHDI Sebut Ini Alasannya

Aksi ini juga bertujuan untuk membuka mata hati para petinggi-petinggi PHDI akan kondisi yang dialami Bali selama ini.Aksi damai Taksu Bali ini diawali dengan pecaruan nyomya COVID-19, pada pukul 11.30 WITA.

Dalam aksi ditampilkan sejumlah kesenian Bali yang telah dikenal dengan taksunya. Seperti calon arang, Joged Bumbung, Bondres, Fragmen Tari, Ngurek, Bleganjur, dan Angklung. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

3 KOMENTAR

  1. Entah kenapa ini diributkan, jmn kaliyuga Cara efektif mendekatkan diri adalah dgn Dana punia Dan namasmaranam (menyebut mama beliau setiap Hari berulang ulang), knp hare Khrisna diributkan?
    Kembali ke sloka
    “ekam sat vipra bahudha vadanti” hanya 1 Tuhan itu, tapi org bijaksana menyebut dgn berbagai nama.Kalo alergi dgn nama Khrisna bisa ganti dgn visnu, Siva, Brahma, Ada jg allah, yaveh, Jesus dll..

  2. Ada 1 dagang canang di area denpasar sambil nanding canang bernyanyi hare om nama Siva ya, apa yg Salah dari menyanyikan nama Tuhan tsb?
    Mgkin teman2 alergi dgn nama lain Tuhan tsb, entah yg salah bagian mana, mgkin sdh Haram nyanyikan nama lain Tuhan,,

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *