Trisno Nugroho. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tantangan ekonomi Indonesia khususnya Bali semakin besar. Kondisi yang selama ini disebut VUCA (Volatility, uncertainty, complexity, ambiguity) kini telah berubah menjadi Turbulency, Uncertainty, Novelty, dan Ambiguity (TUNA). Maka dari itu perlu melakukan sesuatu yang baru, perlu strategi yang baru memecahkan masalah TUNA tersebut.

Kepala Kantor Bank Indonesia (KPw BI) Trisno Nugroho, Selasa (7/7) mengatakan, salah satu turbulensi yang dihadapi adalah Covid-19 secara cepat mewabah di seluruh dunia. Hampir 11 juta orang terinfeksi dan lebih dari 500.000 orang meninggal akibat virus ini dan di Bali 1.600 an lebih orang terinfeksi dan 16 meninggal dunia.

Pertumbuhan ekonomi banyak negara banyak yang menurun tajam. Ekonomi nasional juga melambat. Dari sektor internal Indonesia, aliran modal mulai masuk ke negara meski permintaan rumah tangga masih lemah. Tendensi panic buying juga sudah mulai menurun, manufacturing indeks membaik meski masih ada risiko kontraksi, kinerja ekspor membaik namun hanya pada beberapa komoditas.

Baca juga:  2017 Capaian Inflasi Bali 3,32 Persen, Tahun Ini Ditarget 3,5 Persen

Ekonomi Bali mengalami kontraksi -1,14 persen (mtm) pada triwulan I 2020. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi rumah tangga melambat, kinerja investasi melambat dari triwulan sebelumnya, kontraksi pada kinerja konsumsi pemerintah, dan net ekspor. Sedangkan dari sisi penawaran, kinerja ekonomi Bali bersumber dari lapangan usaha utama Bali yaitu akmamin cukup dalam menurun -9,11 persen, lapangan usaha pertanian, perdagangan, konstruksi, transportasi dalam kondisi kontraksi.

Namun Triwulan II 2020 akan terkontraksi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya karena pembatasan kegiatan yang semakin ketat. Kinerja konsumsi triwulan II diperkirakan terkontraksi. Survai konsumen yang dilaksanakan menunjukkan indeks keyakinan di Provinsi Bali masih pada April masih mengalami penurunan dan berada pada level pesimis yang lebih dalam serta kredit konsumsi melambat.

Baca juga:  Ini Kata Dokter, Soal Kondisi Bayi Ditemukan di Teras Rumah Warga

Konsumsi pemerintah pada triwulan II diperkirakan masih terbatas, kinerja ekspor pada juga diperkirakan mengalami kontraksi lebih dalam dari triwulan I. Kinerja investasi juga diperkirakan terkontraksi. Sejalan dengan hal tersebut, kredit investasi juga melambat.

Kinerja sektor perdagangan diproyeksi juga menurun. Sektor pertanian yang menjadi pengaman ekonomi Bali masih tumbuh positif karena harga GKP tumbuh 11 persen di tingkat petani, dan 24 persen tumbuh di tingkat penggilingan. Lapangan usaha konstruksi diproyeksi terkontraksi.

Berdasarkan survey BI pada Mei lalu 78 persen mengalami penurunan pendapatan mencapai lebih dari 50 persen. Ia memperkirakan jika tidak ada program pemerintah, tingkat kemiskinan Bali 2020 bisa mencapai 6 persen. “Namun kita berharap hal itu tidak terjadi mengingat pemerintah Bali memiliki beberapa jarring pengaman sosial baik dari APBN, Kemenaker, Kemenpar, APBD, dll dapat menahan tingkat kemiskinan di Bali,” ujarnya.

Baca juga:  Bali Raih Penghargaan Khusus Ekonomi Hijau, Bukti Presiden Apresiasi Komitmen Gubernur Koster

Dari sisi tingkat pengangguran, Agustus 2020 tingkat pengangguran diprediksi meningkat dari 1, 21 persen menjadi 3,45 persen. Dengan adanya kebijakan pemerintah bisa menahan tingkat pengangguran. Dengan demikian keseluruhan tahun 2020, ia memproyeksikan ekonomi Bali akan mengalami kontraksi. “Ini menurut saya dalam sejarah ekonomi Bali yang pertama kali di Bali,” ujarnya.

Dengan dominasi sektor tersier (akmamin, informasi, komunikasi) perlu dilakukan reshaping strategi ekonomi baru. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *