Seorang pekerja medis menggunakan APD mengambil spesimen dari seorang warga yang tinggal di dekat Pasar Xinfadi di Beijing pada 14 Mei 2020. (BP/AFP)

BEIJING, BALIPOST.com – Beijing pada Selasa (7/7) melaporkan nihil kasus baru coronavirus (COVID-19) untuk pertama kalinya sejak munculnya sebuah klaster di ibukota Tiongkok pada Juni yang memicu kekhawatiran gelombang kedua domestik. Sebanyak 335 orang telah terinfeksi sejak sebuah klaster muncul di pasar grosir Xinfadi pada awal Juni.

Dikutip dari AFP, Komisi Kesehatan Beijing mengatakan pada Selasa mereka hanya mendeteksi satu kasus tanpa gejala pada hari sebelumnya. Kasus tanpa gejala tidak termasuk dalam perhitungan jumlah kasus yang dikonfirmasi China.

Baca juga:  Ini, Rincian 5 Kasus Positif COVID-19 Terbaru di Bali

Sementara ini, pihak berwenang masih menyelidiki penyebab wabah terbaru ini. Virus terdeteksi pada talenan yang digunakan untuk menangani salmon impor di Pasar Xinfadi, menyebabkan munculnya larangan impor produk tertentu dan meningkatkan pengawasan terhadap pemasok makanan asing.

Pemerintah Beijing telah menguji lebih dari sampel 11 juta orang untuk COVID-19 sejak 11 Juni – sekitar setengah dari populasi kota, kata para pejabat pada konferensi pers Senin (6/7).

Baca juga:  Hari Ini, Karya Ngusaba Kedasa di Pura Ulun Danu Batur Kasineb

Warga berbaris di musim panas di tempat pengujian di seluruh kota pada Juni lalu, dengan ratusan ribu sampel dikumpulkan setiap hari. Penguncian lokal di kota telah dilonggarkan dalam beberapa hari terakhir. Orang-orang yang tinggal di daerah-daerah kota yang dianggap “berisiko rendah” sekarang diizinkan kembali untuk melakukan perjalanan.

“Wabah Beijing telah stabil dan membaik,” kata Wakil Direktur Pusat Pengendalian Penyakit Beijing, Pang Xinghuo.

Baca juga:  Klaster COVID-19 dari Desa Ini Kembali Makan Korban Jiwa

Sebagian besar Tiongkok telah mengendalikan wabah mematikan itu sebelum klaster Beijing yang baru terdeteksi bulan lalu. Pemerintah sejak saat itu juga memberlakukan penguncian ketat pada hampir setengah juta orang di Provinsi Hebei untuk mencegah terjadinya klaster baru di wilayah itu. Mengadopsi kebijakan ketat yang diberlakukan saat puncak pandemi berlangsung di Wuhan pada awal tahun ini. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *