Adhi Ardhana. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Selama hampir dua pekan, Denpasar terus berada pada peringkat pertama yang menyumbang tambahan kasus COVID-19 terbanyak di Bali. Dari data per Senin (6/7), kumulatif kasus positif di Denpasar mencapai 715 orang.

Rinciannya sebanyak 280 sembuh, 423 orang masih dirawat atau merupakan kasus aktif, dan 12 orang  meninggal. Sedangkan untuk jenis kasusnya, transmisi lokal mendominasi dengan jumlah 650 orang, PPLN 48 orang, dan PPDN 17 orang.

Terkait ini, anggota DPRD Bali Dapil Kota Denpasar, AA Ngurah Adhi Ardhana pun menyorotinya. Ia menilai motivasi masyarakat di ibu kota Provinsi Bali ini untuk melakukan protokol pencegahan rendah atau hampir tidak ada.

Baca juga:  Batas Pemberlakuan Karantina Wilayah Italia Berakhir Awal Mei, Selanjutnya Apa?

Padahal, Bali hanya punya waktu tiga bulan untuk membuktikan diri bisa menangani COVID-19 sebelum pariwisata dibuka September mendatang. “Seakan-akan dia tidak sadar bahwa apa yang dilakukan ini berimplikasi terhadap perekonomiannya yang akan datang,” ujar anggota DPRD Bali Dapil Kota Denpasar A.A. Ngurah Adhi Ardhana, Senin (6/7).

Adhi Ardhana memahami masyarakat membuka usaha untuk mendapatkan penghasilan sebanyak-banyaknya. Namun, mereka hendaknya jangan berpikir pendek.

Protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dan jaga jarak tetap harus dilakukan. Kemudian masyarakat lainnya agar menahan diri untuk tidak keluar rumah, kecuali saat ada keperluan mendesak saja. “Itu yang tidak muncul di Kota Denpasar. Kafe-kafe contohnya, penuh saya lihat. Rapat duduknya. Padahal, dia tidak menyiapkan protokol kesehatan,” jelas politisi PDI-P ini.

Baca juga:  Besok, Bali Mulai Vaksinasi Booster Kedua

Adhi Ardhana melihat aparat penegak perda seperti Satpol PP juga kesulitan bergerak menertibkan masyarakat. Padahal, sekaranglah momen yang tepat untuk menegakkan aturan. Misalnya, bila ada usaha seperti kafe atau restoran yang tidak memiliki izin keramaian, maka harus distop.

Masyarakat yang membutuhkan adanya perputaran ekonomi mestinya turut berperan sebagai “penegak” penerapan protokol kesehatan dan pencegahan COVID-19. ‘’Di Melbourne, akibat pembukaan, (kasus Covid – red) yang melonjak adalah masyarakat di bawah 35 tahun. Ini menunjukkan yang bersosialisasi meningkat,’’ paparnya.

Baca juga:  Orangtuanya Diperiksa, Mang Jangol Belum Punya Niat Baik Serahkan Diri

Adhi Ardhana menambahkan, masyarakat terutama yang masih muda jangan berpikir kebal terhadap virus atau mungkin merasa bisa sembuh jika nanti terpapar. Jangan lupakan dua hal menyangkut tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain.

Pertama, ekonomi Bali akan terdampak dan tidak dipercaya oleh orang luar, terutama sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian. Kedua, saat terpapar atau terjangkit COVID-19, maka yang bersangkutan harus dikarantina atau dirawat di RS. ‘’Apakah enak? Itu pertanyaannya. Jangan bilang sekarang bebas, tanpa memperhatikan hal itu. Jadi kalau ada kafe ramai, janganlah masuk. Tunggu sampai sepi,” katanya mengingatkan. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. Ah …Disamping itu petugasnya Covid dan Ketua Team surveillancenya juga santai….jadi maklum saja Denpasar lebih banyak yang positif….sudah diberikan laporan …eh malah berkata…tolong kumpulkan tetangganya untuk didata untuk rapid test….memangnya saya punya wewenang ngumpulin tetangga??????????

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *