Ilustrasi. (BP/Suarsana)

DENPASAR, BALIPOST.com – Seiring munculnya kebijakan work from home yang digagas karena adanya pandemi COVID-19, Bali dimunculkan sebagai salah satu destinasi yang menggarap konsep ini. Caranya dengan menyediakan working space untuk para digital nomad yang kini makin banyak muncul seiring bergesernya budaya kerja di sejumlah negara maju.

Menurut CEO Indonesia Bali Chapter, Paulus Herry Arianto, Jumat (26/6), dampak pandemi COVID-19 yang menghasilkan kampanye ‘work from home’ bisa dielaborasi-kan menjadi ‘work from Bali.’ Karena nama Bali sebagai destinasi wisata dan Bali punya segala potensi untuk itu.

Dikatakan, para ‘Digital nomad’ sebenarnya sudah sejak lama memasukkan Bali sebagai salah satu pilihan utama untuk working space, karena cuacanya bagus, living cost terjangkau, kaya sejarah dan tradisi serta dianggap punya aspek keamanan yang cukup. Bali juga punya keunggulan dengan kebijakan-kebijakan pemerintahnya yang sangat mendukung sektor pariwisata.

Baca juga:  Lebih Tinggi dari Sehari Sebelumnya, Bali Masih Catat Ratusan Warga Terpapar COVID-19

Terlebih dalam visi Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini, melihat sektor pertanian dan industry 4.0 sebagai pilar penting mendukung pariwisata. “Salah satu survey kepada para pekerja dunia saat ini menunjukkan 78 persen ingin lebih fleksibel dalam tempat dan waktu kerja, 82 persen ingin kehidupan kerja yang lebih seimbang (less stress) dan 54 persen pekerja akan meninggalkan pekerjaannya saat ini jika memperoleh pekerjaan yang lebih fleksibel,” paparnya.

Paulus menambahkan, kemudahan dalam pemberian visa atau kebijakan khusus visa untuk digital nomad ini juga sangat penting untuk menunjang era ‘working from Bali’ ini. Setiap banjar adat harus dapat manfaat dari jenis wisata baru ini dan tiap kabupaten juga hendaknya menyediakan working space khusus.

Baca juga:  Sidang Kasus LPD Blusung, Terungkap Rekayasa Belasan Buku Tabungan

“Berdasarkan pengamatan dan perhitungan saya, rata-rata para ‘digital nomad’ ini minimal menghabiskan 1300 US Dollar per bulan per orang, dan jika dihitung per tahun sama dengan 15.600 US Dollar per tahun. Jika angka ini dikalikan 100 ribu orang saja, maka potensinya mencapai 1,56 miliar US Dollar atau sebanding 21,4 triliun rupiah,” terangnya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menyatakan pandemi COVID-19 adalah momentum yang tepat untuk mempromosikan konsep ini. Karena di sisi lain juga menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baru.

Salah satunya, bekerja tidak melulu dari kantor. Tapi bisa dari rumah atau tempat lain dengan lebih sehat, lebih fresh dan tanpa perlu pusing sewa kantor atau berdesakan di lift. “Bali punya modal besar untuk hal tersebut. Pertama, udaranya relatif bersih dengan cuaca yang stabil sepanjang tahun. Lalu pemandangan memukau, pasir putih, langit biru, merupakan perwujudan bersih yang sesungguhnya,” jelasnya.

Baca juga:  Tambahan Harian Pasien COVID-19 Sembuh Masih Lampaui Kasus Baru, Lebih dari 6.300 Orang

Cok Ace menambahkan, Bali juga mempunyai sisi kesehatan yang baik, dimana suasananya lebih fresh sehingga pikiran bisa jauh dari stress. Pikiran lebih mudah dikendalikan dan tentunya lebih bermanfaat dalam bekerja secara lebih produktif. Lalu, Bali juga relatif lebih terjangkau dari segi biaya hidup dibandingkan negara lain. “Bali memiliki vibrasi tersendiri, suatu ‘healing power’ yang diperoleh dari beragam upacara yang dilaksanakan hampir setiap hari. Memberikan ketenangan bagi siapapun,” paparnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *