Suasana di Pantai Kuta. (BP/edi)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kalangan pariwisata di Bali sepakat bila saat ini belum waktunya melakukan upaya-upaya pemulihan lewat promosi untuk mendatangkan wisatawan. Namun yang harus difokuskan adalah penanganan COVID-19 agar masyarakat tenang.

Utamanya lewat pengetatan pemeriksaan di pintu-pintu masuk Bali, lantaran kasus positif masih didominasi oleh imported case. Mereka yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri seperti Pekerja Migran Indonesia (PMI) mesti dikarantina untuk memastikan seluruhnya negatif COVID-19 sebelum dipulangkan ke keluarga masing-masing.

“Kita saat ini adalah masa krisis, yang perlu kita fokus adalah penyembuhan korban COVID-19. Sehingga masyarakat bisa tenang, baru kehidupan bisa berjalan dengan baik,” ujar Ketua PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya disela-sela penyerahan bantuan program “Gerakan Masker Bersama” di BPBD Provinsi Bali, Senin (20/4).

Baca juga:  Bukit Trianggulasi Jadi Destinasi Wisata Baru Kawasan Bromo

Menurut Rai Suryawijaya, kepulangan PMI asal Bali harus ditangani dengan serius oleh pemerintah. Kemudian menggencarkan upaya-upaya pencegahan di masyarakat. Seperti, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memakai masker saat berada di luar rumah, hingga menggugah kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. “Mudah-mudahan kita bisa selesaikan. Target yang paling optimis itu untuk di Bali, paling tidak kalau semua PMI sudah pulang kurang lebih 20 ribu orang, kita tangani dengan serius, perkiraan saya Agustus kita bisa declare Bali aman dan nyaman,” paparnya.

Namun demikian, Rai Suryawijaya menyebut pemulihan atau recovery pariwisata diperkirakan baru bisa dilakukan akhir tahun. Pihaknya berharap, pariwisata Bali bisa kembali dibuka untuk wisatawan saat momen Natal dan tahun baru 2021. T

Baca juga:  Bupati Artha Minta Pusat Sediakan Thermo Scanner di Pelabuhan Gilimanuk

erlebih, Presiden RI Joko Widodo juga telah menyatakan bahwa pariwisata akan kembali booming di tahun 2021. Wisatawan akan menambah waktu liburannya setelah bosan berada di rumah karena pandemi COVID-19. “Tapi pada saat krisis seperti ini, yang kita lakukan adalah mensinergikan industri dengan kesehatan sehingga berdaya guna,” imbuhnya.

Rai Suryawijaya mencontohkan, sinergi dalam pembuatan masker, APD, dan ventilator sehingga bisa menghidupkan usaha-usaha ekonomi kreatif. Ditambah lagi, pembuatan sarana untuk penanganan COVID-19 ini bisa dilakukan di rumah terkait kebijakan social dan physical distancing.

Baca juga:  Keamanan Siber Jadi Bahasan dalam Code Bali 2018

Hasil dari industri atau usaha ekonomi kreatif itu lalu dibeli untuk kemudian diserahkan kepada masyarakat.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, I Putu Astawa mengatakan, saat ini memang belum tahap recovery pariwisata. Pemerintah masih fokus untuk mitigasi dan perawatan pasien COVID-19.

Setelah pandemi berakhir, barulah akan dibicarakan mengenai target-target pariwisata. Termasuk upaya untuk mendatangkan lagi wisatawan ke Bali. Mengingat, ada banyak variabel yang harus diperhatikan untuk memprediksi kapan pariwisata akan pulih. “Kita fokus dulu di mitigasi dan perawatan supaya masyarakat tidak bingung. Setelah pandemi berakhir, baru kita akan memikirkan itu,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *