Suasana Catus Pata di Ubud yang biasanya ramai pada Rabu (3/3) nampak lengang. (BP/dok)

GIANYAR, BALIPOST.com – Sepinya kunjungan ke Ubud pascamerebaknya COVID-19 diakui tokoh Puri Ubud, Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati, Jumat (13/3). Praktisi Pariwisata yang akrab disapa Cok De ini mengakui pantauannya terhadap kondisi pedagang di seputaran Pasar Ubud dan sekitarnya memang terjadi penurunan sejak beberapa minggu terakhir.

Sebab tahun sebelumnya, wisatawan Tiongkok yang memadati kunjungan. “Produk tertentu masih berjalan tetapi ada juga produk yang konsumennya tidak datang, itu mengalami penurunan cukup signifikan, karena konsumennya tidak datang,” kata Dosen Unud ini.

Baca juga:  Galungan, Perbankan di Bali Libur Sehari

Tidak hanya itu, penurunan kunjungan wisatawan Tiongkok juga berdampak pada restoran yang ada di seputaran kampung turis itu. Sebab selama ini banyak wisatawan datang untuk menikmati kuliner di Ubud. “Jadi ini memang berdampak pada kuliner dan penjualan suvenir,” imbuhnya.

Okupansi juga mengalami penurunan akibat COVID-19. Penurunan itu diperkirakan antara 7 hingga 10 persen.

Namun, dibandingkan 2019, awal tahun ini justru pihaknya mengalami peningkatan okupansi. “Kalau dari prediksi tahun ini memang menurun, karena wisatawan Tiongkok dan beberapa negara lainnya itu tidak ada, tetapi saat low season ini okupansi masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” jelasnya.

Baca juga:  Akumulasi dari Beragam Faktor, Kemacetan di Ubud Kronis

Seluruh komponen di Ubud diimbau untuk tetap tenang dan waspada menghadapi dampak dari COVID-19. Pemerintah sendiri sudah melakukan berbagai upaya menangani 19.

Selain secara sekala, juga dipandang perlu mencoba langkah niskala, melalui pelaksanaan upacara sesuai keyakinan masyarakat Bali. “Kalau kita melihat ini seperti grubug, jadi tidak ada salahnya kita menangani itu melalui media upacara yang diwariskan oleh leluhur,” kata undagi barong.

Baca juga:  Diduga Karena Ini, Truk Tabrak Toko di Payangan Hingga Sebabkan Kerugian Puluhan Juta

Dikatakan selama ini upacara di Bali dilaksanakan untuk mewujudkan keharmonisan, terutama dengan alam, manusia dan Tuhan. Selain itu tokoh Puri Ubud ini juga menghimbau seluruh komponen masyarakat untuk tenang dalam menghadapi COVID-19. “Tetap tenang, dan jaga kondisi tubuh, serta seringlah mencuci tangan, jangan sampai kita dihantui kepanikan, padahal lingkungan kita masih sehat,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN