Salah satu bangunan rumah yang hancur akibat abrasi di Pebuahan, Desa Banyubiru, Negara. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Meskipun diimbau mengamankan diri ke tempat aman dari lokasi abrasi, sejumlah warga di Pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Negara, masih bertahan di rumahnya, Senin (13/1). Padahal, bangunan rumahnya sudah berada di tepian pantai dan terkena gempuran air saat laut pasang.

“Sekarang memilih menetap saja, sampai (rumah) benar-benar hancur,” ujar Rafikin, salah satu warga yang bertahan. Ia berbeda dengan sekitar 15 warga lainnya yang mengungsi menyusul terjadinya gelombang pasang belakangan ini.

Baca juga:  Kasus Postif COVID-19 Meningkat, Walikota Denpasar Imbau Perketat Pengawasan Duktang

Menurutnya, sejak sepekan ini gelombang air laut lebih tinggi dibanding hari-hari biasanya. Saat pasang, tinggi ombak bisa mencapai satu setengah meter. Bahkan, saat menjelang Purnama pekan lalu, tinggi ombak yang menghantam bangunan mencapai dua meter.

Rafikin yang sehari-harinya bekerja mencari ikan ini memiliki alasan kuat masih bertahan. Bangunan rumah yang ditempatinya merupakan satu-satunya tempat berlindungnya. Bila mempunyai tempat lain, dia pasti pindah dari pinggir pantai itu.

Baca juga:  OJK: Pandemi Covid-19 Munculkan Sektor Unggulan Baru

Ia juga sangat berharap ada penanganan abrasi dari pemerintah. Sebab, abrasi sudah terjadi hampir lima tahun terakhir. Sebelumnya jarak rumahnya jauh dari bibir pantai, namun kini sudah sisa sejengkal.

Sebelumnya BPBD Jembrana mengaku telah mengimbau warga yang berada di lokasi abrasi untuk pindah. Apalagi dari prakiraan BMKG, cuaca di perairan Selatan Bali kurang bersahabat dan berpotensi menimbulkan gelombang air tinggi dan angin kencang. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Jalin Tali Kasih, Dandim Kunjungi Veteran Pejuang
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *