Saya membaca dua kali berita terkait penataan Pelabuhan Benoa di harian Bali Post. Ada beberapa hal yang saya apresiasi atas rencana penataan Pelabuhan Benoa pascareklamasi oleh pihak Pelindo.

Pertama, saya salut dengan pendekatan komunikasi yang dilakukan Gubenur Bali Wayan Koster. Komunikasi ini jelas-jelas membawa hasil bahwa di lahan reklamasi nanti tetap ada ruang bagi umat Hindu untuk melakukan kegiatan ritual pamelastian. Ini adalah bentuk nyata  bagaimana pemimpin Bali menghargai hak-hak adat atas wilayah di Bali.

Baca juga:  Kuliner Bali Masuk Hotel

Yang kedua, terkait dengan ruang penghijauan atau hutan kota. Jika selama ini banyak pohon bakau yang mati akibat proyek ini, maka hadirnya hutan kota dengan beragam tanaman di kawasan ini akan menambah ruang hijau bagi Bali. Terlebih luasnya juga hektaran. Jika ini terwujud, saya juga berharap di tengah hutan kota ini ada tanaman-tanaman yang memiliki manfaat dalam ritual keagamaan.

Selebihnya, saya hanya berharap agar penataan kawasan Pelabuhan Benoa jangan sampai menjadi ruang memperkaya diri sendiri segelintir orang. Kini saatnya, otoritas Pelabuhan Benoa juga berpikir bahwa harmonisasi alam jauh lebih penting untuk dibangun dibandingkan hanya mengejar keuntungan finansial. Terlebih, hal itu dilakukan dengan mengabaikan hak-hak publik.

Baca juga:  Ganti Nama Jalan Tol

I Wayan Arsana

Gianyar, Bali 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *