DENPASAR, BALIPOST.com – “Stop bullying,” jaga sikap dan perkataan,” demikian ucapan yang terlontar dari Rayni N. Massardi saat dijumpai di acara “Bincang Bully Novel Rainbow Cake” yang digelar Minggu (18/8) di Gramedia, Level 21. Penulis fiksi yang juga fashion styliste ini meluncurkan novel terbarunya pada 27 Mei 2019 dan berupaya menyampaikan pesan itu pada pembacanya.

Tema yang diangkat soal korban perundungan yang kemudian berhasil membalas dendam. Ia mengaku bukan korban bullying maupun pem-bully.

Namun, istri Noorca Massardi ini prihatin dengan fenomena bullying yang sudah makin parah dalam beberapa tahun terakhir. “Ini novel psycho-thriller yang butuh 1,5 tahun untuk menyelesaikannya. Saya mengajak Christian AS untuk menggarap novel ini,” sebutnya.

Kerjasamanya dengan Christian bukan kali ini saja dilakukan. Ini merupakan kali kedua. Sebelumnya, Christian yang bermukim di Bali itu, juga berkerjasama dengannya dalam pembuatan karyanya “Daun Itu Mati.” “Christian menggarap ilustrasinya,” ungkapnya.

Baca juga:  IDI Sebut Perundungan Dokter Bukan Tradisi

Ia mengatakan butuh waktu lama menggarap buku ini karena Christian tinggal di Bali sedangkan dirinya berada di Jakarta. Dua lagu karya seniman Sudjiwo Tedjo: “Titi Kolo Mongso” dan “Ingsun” dikatakannya sangat menginspirasi novel kolaborasinya ini.

Sementara itu, Noorca Massardi yang menjadi moderator dalam “Bincang Bully” menilai buku yang dibuat istrinya dan Christian, bagus. Ia melihat sangat langka ada kolaborasi dari dua generasi seperti ini, memiliki gender berbeda, lokasi tempat tinggalnya juga berbeda. “Puluhan tahun menjadi editor, baru kali ini saya membaca novel semacam ini dan saya bilang karya Rayni ini bagus,” ucapnya.

Proses penulisannya pun cukup unik. Gagasan utama dituliskan Rayni pada 2018 hingga selesai. Kemudian diserahkan ke Christyan untuk ditambahkurangi dan dilengkapi sesuai imajinasi dan kreasinya sendiri. Setelah rampung mereka kemudian mendiskusikan, menyunting ulang dan saling melengkapi hingga mencapai bentuk final pada 2019.

Baca juga:  Mengalami Bullying di Sekolah? Ini Cara Menghadapinya

Dikatakan Christian, dirinya tertarik bekerjasama dengan Rayni karena tema yang diambil tentang bullying dan remaja. Ia mengaku cukup concern untuk persoalan remaja. Bahkan dirinya pernah bekerja di sebuah organisasi yang menangani persoalan remaja.

Tugas Christyan tidak hanya menulis dan melengkapi teks. Tapi juga membuat ilustrasi di setiap bab dan kemudian membuat rancangan sampulnya. Setelah disepakati mereka kemudian meminta Nanang Gani untuk membuat desain covernya.

Berikut sinopsis dari novel yang ditandai sebagai novel 17+ (untuk usia 17 tahun ke atas) ini :

Pengalaman di-bully pada masa remaja, membuat Hilda selalu tidak nyaman dengan dirinya hingga hatinya semakin mengeras.

Melanjutkan sekolah ke Paris, ia perlahan mengubah cara pandang terhadap diri dan gaya hidupnya. Di Kota Budaya itu Hilda belajar memasak dan bikin kue.

Baca juga:  Menguatkan Pendidikan Karakter Remaja

Kegemaran barunya mengunjungi galeri seni, membuatnya terpaku di hadapan sebuah lukisan yang menggetarkan dan perlahan membuka pengalaman aneh pada tubuhnya.

Hijrah ke Ubud Bali, ia mulai dihantui musik dan lagu yang tiba-tiba bersarang di kepala dan telinganya. Selain merasa ngeri dan membuatnya mual dan pening, ia juga menikmati gairah dan energi aneh dari apa yang didengarnya. Sampai ia bertemu dengan orang-orang dari masa lalu yang pernah melukai hati dan sangat dibencinya.

Balik ke Jakarta dan sukses sebagai pembuat dan pemilik toko kue, masalalunya semakin menghantui dan merusak jiwanya. Cinta, benci, rindu, dan dendam telah mengaduk-aduk emosi dan energinya yang luar biasa.

Alunan musik dan lagu misterius yang terus menghantuinya telah mendorongnya untuk melakukan hal-hal tak terduga termasuk mewujudkan seni instalasi “Kue Terindah”.

Sebuah “Rainbow Cake” yang berakhir dengan kengerian dan malapetaka. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *