Pedagang tengah memotong daging ayam di Pasar Nyanggelan, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Saat ini harga daging ayam di tingkat peternak berada di titik terendah. Pinsar Broiler Bali (PBB) menyebutnya situasi terburuk yang pernah dialami. “Saya amati ini situasi terburuk selama 25 tahun saya berkecimpung di bisnis ini di Bali khususnya,” kata Ketua PBB Ketut Yahya Kurniadi, Rabu (26/6).

Harga penawaran daging ayam dari Perpu (Perkumpulan Rumah Potong Unggas) Bali dan Gada (Gabungan Pedagang Ayam) Bali pada Rabu (26/6) sangat rendah, mencapai Rp 8.000 per kg. Kerugian peternak mencapai Rp 12.500/kg. Sebelumnya, harga di peternak sempat menyentuh Rp 15.500 per kg, padahal BEP peternak Rp 19.000 per kg.

Baca juga:  Tiga Kabupaten Sumbang Jumlah Kasus COVID-19 yang Sama

Situasi pasar yang lesu saat ini karena efek membanjirnya daging ayam yang berakibat serapan ayam hidup di Bali diprediksi sekitar 125.000 ekor per hari. Dalam kondisi normal, ayam terserap 180.000-200.000 ekor per hari.

Dengan demikian, kerugian yang dialami peternak per hari 2,5 kg kali 12.500 kali 125.000 ekor yaitu 3.906.250.000 (Rp 3,9 miliar). “Kalau sebulan tinggal dikali 30 hari, berarti 117.187.500.000 (Rp 117 miliar),” beber Kurniadi.

Baca juga:  "Manjakan" WP, Nyamsat Kendaraan Bisa Lewat E-Samsat

Akibat kerugian peternak di Bali yang begitu besar, ia memprediksi akan terjadi kelangkaan produksi dalam beberapa bulan ke depan. Sebab, peternak sudah kehabisan modal. “Saya ingatkan kepada pemerintah, bila terjadi efek balik harga yang gila nanti ke depan, mohon jangan menyalahkan kami peternak. Di Jawa saat ini banyak peternak sudah tidak bisa mengisi kandangnya lagi,” tegasnya.(Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *