Proyek shortcut Singaraja-Mengwitani. (BP/istimewa)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Realisasi proyek pembangunan jalan baru batas kota Singaraja-Mengwitani di titik lima dan enam menunjukkan kemajuan sesuai dokumen perencanaan. Realisasi shortcut di wilayah Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada tersebut mencapai 43,50 persen.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VIII Ketut Payun, Rabu (15/5), mengatakan, sejak groundbreaking akhir 2018, pelaksana proyek telah mengerjakan konstruksi badan jalan dan jembatan. Pembangunan tahapan awal itu dilakukan di atas tanah milik warga yang sudah dibebaskan dengan luas 10,9 hektare.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Masih Lampaui Lima Ribu Orang

Untuk konstruksi badan jalan baru, pelaksanaan sampai minggu ini tercatat 42,77 persen. Dalam tahapan ini, pelaksana masih melakukan pembukaan lahan untuk dijadikan badan jalan permanen. Setelah badan jalan dibangun sesuai desain dilakukan pemadatan dan tahapan pekerjaan teknis berikutnya.

Sedangkan, untuk pembangunan jembatan, progress pelaksanaannya sudah mencapai 45,82 persen. Untuk jembatan, pelaksana proyek sudah membangun tiang jembatan di atas lahan yang sebelumnya sudah dibuka.

Baca juga:  Rakyat Bali Pasang Baliho Ingatkan Batas Akhir Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa  

Lokasi jembatan ini berada persis di selatan bangunan mushola di Dusun Amerta Sari, Desa Pegayaman. Saat ini tiang jembatan sudah tahap pengecoran. “Progressnya baik dan mengikuti perencanaan. Fokus pekerjaan awal adalah konstruksi jalan baru dan jembatan,” jelasnya.

Ditanya hambatan di lapangan, Payun mengatakan, curah hujan tinggi membuat pelaksanaan pembangunan agak terganggu. Ini tidak lepas karena di lokasi proyek, topografi wilayahnya di dataran tinggi yang memiliki curah hujan tinggi.

Baca juga:  Putusan PT Dikuatkan MA, Kejari Buleleng Tahan Pelaku Penistaan Nyepi di Sumberklampok

Kondisi ini, lanjutnya, tidak saja mengganggu pekerja, karena jika dipaksakan berisiko mengancam keselamatan mengingat lokasi rawan longsor. Meskipun mengalami hambatan karena faktor cuaca, namun Payun tetap optimis proyek ini bisa tuntas pada Desember 2019. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN