Petugas memasang alat pengukuran parameter cuaca dan kualitas udara. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kualitas udara yang buruk tentunya akan mempengaruhi kesehatan. Untuk itu, penanganan polusi udara sangat penting dilakukan. Soal memperbaiki kualitas udara ini, Ketua Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah) Bali, Agus Widiantara, mengatakan secara normatif, tentu kualitas udara di kota-kota besar pada umumnya berbeda dengan wilayah yang aktivitas dan mobilitas penduduknya tidak pesat. Seperti di desa misalnya. Ia menyebut kualitas udara di Kota Denpasar dipengaruhi oleh asap emisi gas buang, asap kendaraan, asap pembakaran sampah, hingga asap rokok.

Ia mengatakan Peradah Bali selama ini juga giat melakukan upaya penyelamatan lingkungan, terutama menangani sampah plastik. Namun, soal polusi udara ini pun, dinilainya sangat penting, meskipun kualitas udara di Bali tergolong baik.

Sebab, ia khawatir lambat laun jika tak diantisipasi juga akan membahayakan masyarakat dan menggangu kualitas pariwisata. “Sudah seharusnya visi menjadikan Bali Clean and Green dilakukan lebih kongkret dan realistis. Jika tidak, akan jadi bumerang di kemudian hari,” katanya.

Ia menyebut solusi dari peningkatan kualitas udara ini bisa dengan mengoptimalisasi tranportasi publik yang representatif dan berkualitas. Selama ini upaya pengadaan transportasi publik masih setengah hati. “Dan yang tak kalah penting, regulasi “yang memaksa” orang untuk naik tranportasi publik belum ada. Harus ada regulasi mengenai ini,” terangnya.

Baca juga:  Lima Subak Terdampak Banjir Bandang di Buleleng

Logikanya, lanjut Agus, ada regulasi yang mengatur jika masyarakat tidak naik tranportasi publik, sanksinya seperti apa. Hal ini untuk membangun kultur dispilin seperti negara maju. “Kalau mau jujur, menunggu kesadaran masyarakat sangat lama. Butuh regulasi yang membuat masyarakat segera ‘melek” atas masalah ini. Termasuk literasi yang serius oleh pemerintah. Terus, batasan kepemilikan tranportasi setiap keluarga. Ini penting. Nyaris tiap keluarga punya lebih dari 2 kendaraan pribadi tiap rumah,” ungkap Agus.

Upaya lain, yang ditawarkannya, inovasi sarana yang ramah lingkungan. Misalnya motor dan mobil hibrid dengan energi listrik. Partikel-partikel halus yang dikenal sebagai PM 2.5 tidak bisa diremehkan. Komponen polusi udara ini sangat kecil ukurannya, sehingga bisa menembus pembuluh darah. Dalam jangka panjang, paparan partikel tersebut bisa meningkatkan risiko kanker.

Jadi, polusi asap rokok pun sebenarnya tidak bisa diabaikan sebagai penyumbang turunnya kualitas udara di sekitar kita. Salah satu risiko paparan partikel halus dari udara pernapasan adalah terjadinya plak yang mengganggu fungsi paru. Celakanya, tanda-tandanya sulit dikenali hingga akhirnya memburuk tanpa disadari.

Baca juga:  Kasus COVID-19 Nasional Bertambah Dua Ribuan Orang

Guna menanggulangi bahaya ini, banyak negara maju menegakkan peraturan khusus tentang produk tembakau alternatif yang berdasarkan bukti ilmiah memiliki risiko kesehatan yang lebih rendah daripada rokok.

Dikutip dari Laporan Status Global Pengurangan Bahaya Tembakau 2018 (The Global State of Tobacco Harm Reduction/GSTHR) dijelaskan bahwa banyak perokok yang memiliki keinginan untuk berhenti, namun merasa kesulitan karena sudah terlanjur ketergantungan. “Banyak perokok yang sejatinya membutuhkan asupan nikotin, namun mendapatkan kerugian (penyakit berbahaya) akibat paparan TAR yang dihasilkan dari proses pembakaran,” tulis laporan tersebut.

Dengan penggunaan produk tembakau alternatif, perokok dewasa memiliki pilihan untuk tetap bisa menikmati nikotin sekaligus mengurangi dampak risiko bagi orang-orang di sekitar perokok.

Laporan yang disusun dengan melibatkan puluhan praktisi kesehatan masyarakat dari lintas negara ini mencantumkan fakta-fakta ilmiah serta studi kasus keberhasilan yang dicapai negara lain dalam mencari solusi pengendalian bahaya rokok melalui kontribusi produk tembakau alternatif.

Baca juga:  TNI Gelar Penghijauan di Pesisir Yeh Gangga

Di Jepang misalnya, produk tembakau yang dipanaskan bukan dibakar telah membantu menurunkan angka perokok hingga 27 persen dalam periode dua tahun terakhir. Kemudian di Swedia, pengunaan produk tembakau alternatif seperti snuss telah berperan dalam mengurangi jumlah penyakit berbahaya terkait rokok, bahkan menjadi yang terendah di Uni Eropa.

Begitu pula di Norwegia, di mana pengunaan poduk tembakau alternatif telah berhasil menurunkan jumlah perokok hingga 10 persen, yaitu dari 21 persen di tahun 2008 menjadi 11 persen di tahun 2017. Di Inggris, tercatat penurunan jumlah perokok sebanyak lima persen dalam kurun waktu 2011 sampai 2017 berkat kontribusi rokok elektrik. Perlu dicatat juga bahwa lebih dari 50 persen pengguna rokok elektrik di Inggris adalah mantan perokok.

Berdasarkan laporan GSTHR, Indonesia termasuk sebagai negara yang belum memiliki peraturan terkait produk tembakau alternatif. Padahal, Indonesia termasuk dalam bagian negara yang memiliki jumlah perokok yang tinggi, yaitu di atas 40 persen dengan 65 persen di antaranya adalah pria dewasa. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *