Penanaman bibit pohon di area senderan sekolah SD di Pohsanten, Jumat (19/12) pagi. Bupati menekankan seluruh OPD hingga sekolah mengedepankan vegetasi alami dibandingkan penggunaan beton dengan budaya menanam. (BP/istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan menginstruksikan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) hingga satuan pendidikan agar mengubah pola kegiatan seremonial menjadi aksi nyata yang berdampak langsung bagi alam. Penegasan tersebut disampaikan Bupati Kembang saat melakukan penanaman pohon di SD Negeri 3 Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jumat (19/12).

Aksi tersebut dilakukan bersama guru dan siswa dengan menanam bibit pohon di area senderan sekolah sebagai langkah mitigasi bencana. Didampingi Kepala Dinas Pendidikan, Bupati meminta sekolah-sekolah mulai meninggalkan kegiatan seremonial yang dinilai tidak ramah lingkungan. Sebagai gantinya, berbagai agenda dapat diarahkan pada kegiatan edukatif berbasis pelestarian, seperti gotong royong, aksi bersih lingkungan, hingga penanaman pohon.

Baca juga:  Temuan Sampah Medis Berujung Ditutupnya TPS Kekeran

“Budaya seremonial perlu diubah. Saat peringatan hari jadi, tidak perlu lagi pelepasan balon. Bisa diganti dengan pelepasan burung atau penanaman pohon. Dekorasi berlebihan juga tidak perlu, lebih baik anggarannya dialihkan untuk membeli bibit dan ditanam bersama,” tegasnya.

Bupati Kembang berharap langkah tersebut mampu menanamkan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini kepada para siswa. Ia menilai kegiatan sederhana, hemat biaya, dan berkelanjutan justru memberikan dampak lebih besar dibandingkan acara mewah yang berpotensi menambah timbunan sampah.

Baca juga:  Minimalisasi Banjir di Kuta, Normalisasi Sedimentasi Aliran Tukad Mati Perlu Kontinyu

“Sekolah harus menjadi benteng awal dalam menghadapi dampak perubahan iklim, sekaligus menciptakan lingkungan belajar yang lebih sejuk dan nyaman,” ujarnya.

Bupati juga menyinggung perlunya efisiensi di tengah tren penurunan dana transfer dari pemerintah pusat ke daerah. Ia mendorong jajarannya lebih kreatif dalam pengelolaan infrastruktur, salah satunya dengan mengedepankan vegetasi alami dibandingkan penggunaan beton.

“Jangan semua harus minta pagar beton ke pemkab. Tanaman yang ditata dengan baik lebih indah dan akarnya mampu menahan longsor. Konsep ini sudah banyak diterapkan di vila-vila yang tetap kokoh dan asri,” tandasnya. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Dengarkan Desa Adat, Jangan Paksakan Reklamasi Teluk Benoa
BAGIKAN