Umat melakukan melasti serangkaian Panca Wali Krama Pura Besakih. (BP/dok)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Setelah prosesi nedunang Ida Batara, rangkaian karya Tawur Agung Panca Wali Krama di Pura Agung Besakih, dilanjutkan dengan prosesi melasti. Pelaksanaannya dilakukan di Segara Klotok, Klungkung, Sabtu (2/3).

Puluhan ribu umat Hindu mengikuti prosesi melasti dengan berjalan kaki dari Pura Penataran Agung Besakih menuju Segara Klotok. Membludaknya umat yang mengikuti prosesi melasti, membuat iring-iringan melasti mengular hingga sepanjang empat kilometer.

Puluhan ribu umat Hindu dari berbagai daerah sudah menunggu sejak pagi di Pura Agung Besakih. Mereka mengaku antusias, karena tidak mau melewatkan kesempatan langka ngiring Ida Batara Turum Kabeh mesucian ke Segara Klotok, yang terjadi hanya sepuluh tahun sekali.

Bahkan, ada yang jauh-jauh datang dari tanah Papua, untuk sengaja datang ngaturang ngayah. Ada pula yang sudah datang sehari sebelumnya, dan mekemit di Pura Agung Besakih. “Saya baru tiba kemarin di Bali dari Papua, biar dapar ikut ngiring melasti,” kata Made Mudra, warga asli Gianyar yang lama tinggal di Papua.

Iring-iringan melasti baru memargi menyusuri akses jalan raya secara bersamaan, sekitar pukul 10.00 Wita. Ketua Umum Prawartaka Karya Tawur Agung Panca Wali Krama, Jro Mangku Widiartha, mengatakan antusias umat Hindu terlibat langsung dalam prosesi melasti ini cukup tinggi.

Baca juga:  Ingatkan Pentingnya Menabung untuk "Upacara Yadnya," BNI Hadirkan Tapenas Tabungan Yadnya

Menurutnya, ini merupakan tanda bahwa semakin banyak umat Hindu yang eling, terhadap kebesaran Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Tadi saya lihat ujung iring-iringan melasti sudah jauh lewat Terminal Kedungdung, tetapi umat masih cukup banyak di Pura Besakih. Panjang iring-iringan melasti sekitar sejauh 4 km,” kata Jro Mangku Widiartha yang juga Klian Desa Adat Besakih ini.

Iringan pralingga baru tiba di Catus Pata, Klungkung, sekitar pukul 16.30 Wita. Sejumlah pangiring nampak kerauhan, karena ada sejumlah pamedek yang masih membandel berada di atas bale bengong yang posisinya berada lebih atas dari jalan raya.

Demikian juga para pamedek lainnya, ada yang masih berdiri ketika pralingga Ida Batara memargi. Selain itu, ada pula dipergoki pecalang, nekat menerbangkan drone.

Padahal, sesuai himbauan awal, tidak diperkenankan mengoperasikan peralatan tersebut, sepanjang pralingga Ida Batara memargi. “Tolong polisi mohon orang yang menerbangkan drone itu diamankan,” pinta salah satu pecalang.

Baca juga:  Pengeroyokan Warga Asal NTT Hingga Tewas, Ada Teriak Maling Saat Kejadian

Pralingga Ida Batara belum tiba di Segara Klotok sekitar pukul 19.00 Wita. Di sana, Ida Batara kaaturan ayaban dilanjutkan prosesi masucian di Segara Klotok.

Setelah melaksanakan proses upacara masucian seluruh pralingga Ida Batara di Segara Klotok, iring-iringan melasti ini kembali menuju Kota Semarapura, tepatnya di Pura Penataran Agung Klungkung. Disana, pralingga Ida Batara masandekan/makemit sehari.

Kemudian, perjalanan melasti dilanjutkan Minggu (3/3) hari ini sekitar pukul 04.00 Wita, menuju Pura Puseh Tebola, melewati jalur Sengguan, Simpang tiga Kali Unda belok kiri menuju Satria, depan Pasar Satria belok kiri menuju Desa Paksebali lanjut menuju wilayah jalur Karangasem.

Tiba di Pura Puseh Tebola, pralingga Ida Batara kembali mesandekan sehari. Perjalanan melasti kembalu dilanjutkan Senin (4/3). Pertama menuju simpang tiga Desa Bambang Biaung, melewati Pasar Desa Selat, pertigaan Desa Umacetra, pertigaan Desa Padangaji, Pura Puseh Desa Muncan, Pura Pasimpangan Besakih lanjut katuran pamendak alit.

Tiba di Ambal-ambal Pura Agung Besakih, baru katuran pamendak agung, sekaligus untuk pamendak Ida Batara Tirtha.

Ribuan umah Hindu dari sejumlah kabupaten, juga membludak mengikuti melasti dengan menunggu di Catus Pata Klungkung.  Mereka sudah menunggu sejak pagi, untuk selanjutnya bergabung dengan iringan melasti Pralingga Ida Batara Turun Kabeh Pura Agung Besakih.

Baca juga:  Tiga Kabupaten Nihil, Satu Bertambah Belasan Kasus COVID-19

Sejak pagi umat Hindu sudah mengawali dengan melakukan persembahyangan di Catus Pata Klungkung. Meski sempat diguyur hujan, umat Hindu tetap menunggu di tempat-tempat teduh. Justru semakin sore, umat semakin banyak, hingga membuat halaman parkir di sekitar Monumen Puputan Klungkung penuh sesak.

Setelah semua pralingga melewati Catus Pata, ribuan warga ini lantas mengikuti iring-iringan melasti bersama-sama menuju Segara Klotok. “Ini momen langka yang mungkin tidak akan saya temukan lagi sepuluh tahun lagi. Sehingga saya dan keluarga antusias ngayah,” kata salah satu warga Klungkung, Nengah Arianta.

Sementara di jalur menuju Pura Watu Klotok, kendaraan meluber hingga ke Jalan bypass Prof. Ida Bagus Mantra. Disana puluhan pedagang personil Polisi, Dishub, TNI dan Pecalang bersinergi mengatur lalu lintas agar tidak macet. Rangkaian kendaraan cukup padat memenuhi setiap sudut pinggir jalan setempat,  akibat saking membludaknya pemedek yang datang. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *