Petani buah naga di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, membuang hasil panen akibat anjloknya harga, Senin (21/1). (BP/udi)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Petani buah naga di Banyuwangi, Jawa Timur, meradang. Pemicunya, beberapa hari terakhir, harga komoditi ini anjlok tajam. Banyak petani kelimpungan. Memprotes merosotnya harga, sejumlah petani terpaksa membuang hasil panen ke sungai. Sebab, jika dijual harganya “menyakitkan”. Selain dibuang, petani juga memberikan cuma-cuma buah naga ke warga.

Harga buah naga di tingkat petani hanya berkisar Rp 1500 hingga Rp 2000 per kilogram. Harga ini jauh dari sebelumnya yang mencapai Rp 6000 hingga Rp 7000 per kilogram. “ Harga ini sangat menyakitkan. Daripada tidak laku, buah naga saya buang ke sungai. Kalaupun dijual, hasilnya tak mampu mengembalikan modal,” keluh Hari Candra Setyawan (29), salah satu petani buah naga di Dusun Silirbaru, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Senin (21/1).

Baca juga:  DPRD Soroti Rendahnya PAD Pariwisata Banyuwangi

Pemuda ini menambahkan, aksi membuang buah naga ini yang kedua kalinya dilakukan. Sebab, saat panen perdana beberapa hari lalu, harga buah naga sudah anjlok. “ Sekarang kita buang 1 kwintal, kemarin 2 kwintal kita buang. Harganya benar-benar murah,” keluhnya lagi.

Pihaknya tak mengetahui pemicu anjloknya buah naga tersebut. Padahal, biaya tanam cukup mahal. Menurutnya, anjloknya harga ini selalu terjadi ketika musim panen raya. Kebetulan, bulan ini memasuki musim panen raya.

Baca juga:  Jika Tak Hati-hati Lembaga Demokrasi Bisa Berubah Jadi Otoriter

Ketika petani di Pesanggaran membuang hasil panen, lain halnya petani buah naga di Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng, Banyuwangi. Petani setempat justru enggan memanen buah naga. Sebaliknya, mereka membiarkan buah naga, mempersilahkan warga memanen secara gratis. “ Biaya panen juga mahal. Kami persilahkan warga yang mau ambil buah naga,” kata Ukri, petani buah naga.

Pria ini mengaku, akibat anjloknya harga, tidak ada pengepul buah yang datang. Sehingga, jika dipanen, pihaknya kebingungan menjual. Apalagi, ongkos petik juga lumayan mahal. “ Ongkos petik bisa Rp 75.000 per kilogram, butuh tiga orang untuk petik,” keluhnya.

Baca juga:  Setara 4,2 Persen PDRB Bali, Kontribusi Ekosistem Gojek Capai Rp 9,5 T

Jika terpaksa dipetik, pihaknya pasti mengalami kerugian. Menurut Ukri, anjloknya harga ini sudah terjadi hampir dua minggu. Padahal, saat ini sedang musim panen raya. Hasil panen juga melimpah. Kualitasnya bagus. Pihaknya berharap, harga buah naga bisa kembali normal. Harga bisa dirasakan petani jika minimal Rp 6500 per kilogram. “ Kalau sudah di bawah Rp 6500, petani pasti merugi,” pungkasnya. (budi wiryanto/balipost)

 

 

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *