Baliho Pemilu terpasang di depan kantor KPU Klungkung. (BP/dok)

Semakin mendekatnya hajatan politik lima tahunan, pemilihan presiden, suhu politik pun menjadi semakin panas. Kalau sebelumnya masih terbilang hangat, maka boleh jadi saat ini temperaturnya sudah meningkat.

Hal ini lebih banyak terlihat dari gerakan-gerakan tim pemenangan setiap kontestan mencari celah dan mencari kelemahan pasangan lainnya. Hal ini kemudian ditambah lagi peranan media sosial, media yang sangat cepat dan mampu menyentuh sampai jauh.

Peranan sosial media ini semakin bertambah penting juga, tidak hanya karakteristik sosial media itu sendiri, tetapi juga boleh dikatakan karakteristik masyarakat kita yang belum bisa secara bijak menggunakannya. Kalau ini tidak diedukasi, maka akan semakin runyam  jadinya. Boleh saja dikatakan masyarakat kita sudah semakin pintar.

Baca juga:  Maduri Sanji-Agus Brata, Jegeg Bagus Bangli

Bisa pula dikatakan bahwa mereka sudah pandai memilah dan memilih. Atau boleh juga disebutkan masyarakat kita sudah bijaksana. Boleh-boleh saja. Tetapi ketika berita yang tidak benar atau hoax itu secara sistematis dan masif terus dilakukan yang tidak benar atau yang belum tentu benar itu bisa menjadi hal yang benar.

Inilah kita masyarakat yang punya kelebihan dalam nalar bisa menyebarkan hal-hal positif. Bisa bersiar secara positif bahwa semua yang kita lakoni saat ini adalah proses kontestasi demokrasi yang sudah biasa dan lumrah. Peristiwa lima tahunan yang tidak mesti membuat bangsa ini terpecah belah.

Baca juga:  Cerdas Mengelola Pasar Wisata

Jangan pula mengganggu dengan  egoisme sempit untuk sebuah pencapaian. Menghalalkan segala cara. Menggunakan semua lini, baik positif maupun negatif, hitam atau putih demi semata-mata kekuasaan.

Kita sementara ini tidak bisa lepas tangan karena generasi milenial saat ini masih mampu diombang-ambingkan kepentingan sesaat. Hanya kepentingan yang lebih besar dan kearifan semua pihak yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan.

Mengajarkan budaya politik yang demokratis membuat semua pihak akan melek mata dan hati, melihat secara objektif setiap misi dan visi masing-masing pasangan. Tugas masyarakat sekarang adalah melihat wacana tersebut.

Baca juga:  Pohon Tumbang Timpa Dua Mobil

Gabungan ujaran itu akan menjadi wacana. Dan sambungan wacana inilah yang dapat diartikan, dapat diprediksi tentang bagaimana kelak ketika calon dan pasangan ini menjadi presiden. Dengan cara itulah kita masyarakat harus diedukasi untuk cerdas menggunakan hak pilih. Kampanye jangan jadi ajang provokasi yang pada gilirannya mengaburkan substansi pemilu yang memilih calon terbaik untuk memimpin bangsa ini.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *